Nakita.id - Salah satu “keistimewaan” bagi para ibu yang tengah berbadan dua adalah bisa merasakan kontraksi. Rasa nyeri dan tegang di perut ini sebenarnya bisa terjadi di trimester berapa pun. Namun ada kontraksi yang normal, ada yang perlu diwaspadai. Ada kontraksi yang terjadi di awal kehamilan, di trimester kedua, dan trimester ketiga.
Kontraksi umumnya memang terjadi menjelang persalinan. Kontraksi pada awal kehamilan bisa dinilai wajar ataupun tidak wajar. Ini yang perlu Mama ketahui:
Kontraksi di awal kehamilan
Wajar Jika:
• Terjadi sesekali atau frekuensinya jarang. Rahim yang berkontraksi menandakan bahwa reseptor oksitosin dalam rahim sudah terbentuk. Oksitosin merupakan hormon yang bertanggung jawab untuk merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan. Ketika reseptor sudah terbentuk, rahim Mama mudah terangsang.
• Durasi kontraksi tidak boleh lama (sekitar 10 detik).
• Tidak menimbulkan rasa sakit/nyeri. Contoh kontraksi di awal kehamilan yang wajar adalah kontraksi yang terjadi setelah Mama banyak berjalan atau melakukan suatu pekerjaan. Kontraksi muncul karena rahim terangsang akibat kelelahan.
Waspadai Jika:
• Frekuensi atau durasi kontraksi 1—2 menit. Hal ini bisa pertanda adanya suatu yang sifatnya patologis.
Penyebab:
* Infeksi yang dialami Mama. Infeksi ini akan mengeluarkan hormon prostaglandin yang dapat menimbulkan demam dan merangsang kontraksi.
* Adanya suatu gangguan pada janin, seperti gangguan kromosom. Tubuh akan memberikan sinyal bahwa janin tidak dalam kondisi baik.
Apa yang harus dilakukan:
Untuk mengetahui lebih pasti penyebab kontraksi karena masalah patologis tentu harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter. Dokter akan melihat serta menghitung, seberapa sering Mama mengalami kontraksi. Untuk memastikan ada tidaknya masalah pada janin bisa dilakukan tes darah pada Mama. Jika ada masalah, misalnya inkompetensi serviks atau rahim Mama tidak kuat menahan janin, akan dilakukan penguatan dengan menggunakan obat atau operasi.
Bahayakah bila ibu hamil tak mengalami kontraksi?
Jika ada ibu hamil yang mengalami kontraksi di trimester berapa pun, ada pula ibu hamil yang tidak mengalami kontraksi sepanjang kehamilan. Bila tak ada kontraksi di awal atau pertengahan kehamilan, oke-oke saja. Tapi kontraksi justru sangat dibutuhkan menjelang persalinan. Bila tak ada kontraksi, ada risiko kehamilan lewat waktu karena kontraksi merupakan penanda, reseptor hormon oksitosin terbentuk/bekerja.
Bila tidak ada kontraksi, berarti reseptor hormon ini tidak bekerja. Sampai sekarang, penyebabnya belum diketahui. Pada kondisi ini, kontraksi bisa dirangsang dengan menggunakan obat dalam bentuk infus. Bila kontraksi tetap tak muncul, yang berarti induksi klinis gagal, persalinan akan segera dilakukan dengan operasi. Penundaan tindakan operasi dapat meningkatkan risiko janin mengalami hipoksia (kekurangan oksigen).
Kabar baiknya, angka kejadian ibu hamil tidak mengalami kontraksi menjelang persalinan ini sangatlah sedikit. Jadi tak perlu khawatir, ya, Mam.
Narasumber:
Dr. Frizar Irmansyah, SpOG (K) dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta
Penulis | : | Dedeh Kurniasih |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR