Nakita.id - Sekarang ini, banyak makanan yang kita konsumsi ternyata mengandung pemanis buatan. Riset yang dimuat di Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics menyebutkan, kelompok yang paling sering mengonsumsi makanan mengandung pemanis buatan adalah anak-anak.
Lembaga American Heart Association menganjurkan, anak-anak sebaiknya tidak mengonsumsi gula lebih dari 25 gram per hari, atau sekitar 6 sendok teh. Nyatanya, rata-rata anak berusia 1-3 tahun mengonsumsi 12 sendok teh gula setiap harinya. Itu baru bicara soal gula alami. Bagaimana dengan pemanis buatan?
"Kebanyakan pemanis buatan di pasaran memiliki rasa yang jauh lebih manis daripada gula alami. Bila anak terus-menerus mengonsumsi makanan dengan pemanis buatan, kadar sensitivitas pada indera pengecapnya akan berkurang," kata ahli diet dari Ohio, Kristin Kirkpatrick, MS, RD, LD.
Akibatnya, konsumsi gula pada anak bisa semakin meningkat. "Masalah hobi makan manis ini sulit untuk ditangani dan butuh waktu cukup lama. Sementara tingkatan rasa manis yang bisa diterima oleh lidah anak akan terus bertambah," kata Kirkpatrick lagi.
Hingga kini, efek dari konsumsi pemanis buatan dalam jangka panjang masih belum jelas. Studi yang dilakukan oleh Harvard University pada 2013 menemukan kaitan antara konsumsi pemanis buatan dengan diabetes tipe 2. Sementara hasil studi lain memperlihatkan, orang yang mengonsumsi minuman dengan pemanis buatan mengalami peningkatan sebesar 47% pada indeks massa tubuhnya.
Inilah fakta seputar jenis pemanis buatan yang paling sering dikonsumsi anak:
1. Sakarin
* Jenis pemanis ini telah ada selama 100 tahun dan dianggap sebagai jenis pemanis buatan terbaik yang pernah diteliti.
* Sakarin ditemukan ketika ahli sedang berusaha mencari produk turunan dari ter batubara.
* Sakarin tidak mengandung kalori, tidak berpotensi meningkatkan kadar gula darah, dan rasa bisa 200-700 kali lebih manis daripada sukrosa (gula dapur). Saat dikonsumsi, sakarin meninggalkan rasa pahit di lidah.
* Sakarin banyak digunakan sebagai pengganti gula alami. Jenis makanan lain yang mengandung sakarin adalah makanan yang dipanggang (roti, kue, kukis), selai, permen karet, buah kalengan, permen, topping di kue atau puding, hingga saus salad.
* Sakarin juga banyak digunakan dalam produk kosmetik, obat-obatan, dan vitamin.
* Penelitian terhadap binatang menemukan adanya risiko munculnya tumor di kantung kemih akibat konsumsi sakarin. Hasil penelitian ini sempat menimbulkan kontroversi, namun akhirnya lembaga Food and Drugs Administration (FDA) di Amerika Serikat menyatakan sakarin adalah jenis pemanis buatan yang aman untuk dikonsumsi.
* Selain diduga menyebabkan tumor, sakarin juga dicurigai bisa menimbulkan reaksi alergi. Ini berkaitan dengan kandungan sulfonamides yang bisa memicu reaksi seperti sakit kepala, sulit bernapas, perubahan pada kulit, hingga diare.
2. Sukralosa
* Sukralosa termasuk jenis baru pemanis buatan di pasaran, yang tidak memiliki nilai nutrisi.
* Produk ini diklaim terbuat dari gula alami, dengan rasa hingga 600 kali lebih manis daripada sukrosa (gula dapur).
* Sejumlah informasi menyebutkan, sukralosa ditemukan secara tidak sengaja ketika ahli berusaha membuat sejenis insektisida baru.
* Sejak mendapat persetujuan untuk digunakan sebagai pemanis, sukralosa dapat ditemukan dalam lebih dari 4.500 produk, termasuk jenis makanan yang dimasak atau dipanggang.
* Bila dikonsumsi begitu saja, sukralosa tidak memiliki kalori tambahan dan tidak dapat diserap sepenuhnya.
* Jenis pemanis ini bisa digunakan untuk memasak, sehingga termasuk jenis paling populer dan paling sering dikonsumsi.
* Buku Sweet Deception yang ditulis oleh Dr. Joseph Mercola menyebutkan, sukralosa dibuat dengan memproses gula bersama sejumlah zat yang tidak alami. Salah satunya adalah klorin, zat yang dianggap dapat menyebabkan kanker dan digunakan dalam pembuatan gas beracun, disinfektan, pestisida, dan plastik.
* Hingga kini belum ada studi jangka panjang yang dilakukan untuk melihat dampak penggunaan sukralosa terhadap kesehatan.
* Penelitian jangka pendek yang dilakukan terhadap hewan menemukan adanya gejala yang berkaitan dengan gangguan pencernaan, iritasi kulit, hingga gangguan suasana hati dan depresi.
3. Aspartam
* Pemanis buatan ini masuk ke pasar Amerika Serikat sejak 1981. Aspartam ditemukan pada 1965 ketika ahli sedang berusaha menemukan obat baru untuk sakit maag.
* Aspartam memiliki tiga bahan utama, yaitu asam amino, asam aspartat dan phenylalanine. Bahan ini juga terdapat dalam sejumlah makanan konvensional.
* Aspartam banyak terdapat dalam permen karet, sereal sarapan, gelatin, dan puding, bahkan minuman berkarbonasi.
* Aspartam mengandung kalori, namun jumlahnya sangat kecil. Rasanya bisa 160-220 lebih manis daripada sukrosa (gula dapur).
* Hingga kini, penggunaan aspartam telah disetujui hingga lebih dari 100 negara di dunia.
* Dalam pengantar editorial di British Medical Journal disebutkan bahwa tidak ditemukan bukti yang mengaitkan aspartam dengan risiko kanker, rambut rontok, depresi, demensia, ataupun gangguan perilaku. Aspartam dianggap aman dikonsumsi, kecuali oleh mereka yang menderita Fenilketonuria. Ini adalah penyakit turunan yang menyebabkan tubuh seseorang memproduksi phenylalanine secara berlebihan.
* Sejumlah informasi menyatakan bahwa aspartam tidak dapat dimetabolisme dalam tubuh. Ini berarti, begitu dikonsumsi aspartam tidak dapat dikeluarkan dalam bentuk yang sama.
* Beberapa keluhan sempat dilayangkan kepada FDA sehubungan dengan konsumsi aspartam. Mulai dari sakit kepala, pusing, perubahan suasana hati, mual atau muntah, diare, kejang, hingga sakit perut dan keram.
* Aspartam diduga juga dapat berhubungan dengan gejala beberapa penyakit, seperti fibromyalgia, tinnitus, nyeri sendi, depresi tanpa penyebab yang jelas, kecemasan, multiple sclerosis, lupus sistemik, dan beberapa jenis kanker.
Semoga Ibu bisa lebih waspada dengan efek samping ketiga jenis pemanis buatan ini pada kesehatan ya.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Irene Harris |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR