Nakita.id - Kebanyakan orang menganggap nyeri menjelang haid adalah wajar. Bahkan, ada yang menyatakan akan menghilang setelah berkeluarga. Padahal tidak demikian; nyeri yang muncul menjelang haid harus diwaspadai karena bisa jadi pertanda endometriosis.
Endometriosis diperkirakan diderita 1 dari 10 perempuan dalam masa reproduksi. Di Indonesia, sebanyak 5% dari jumlah pasangan usia subur menderita endometriosis. Siapa saja yang dapat terkena endometriosis?Perempuan yang berisiko menderita endometriosis adalah yang memiliki riwayat endometriosis dalam keluarga, menstruasi pertama terjadi lebih awal dan berlangsung lama, dan memiliki berat badan rendah.
Endometriosis merupakan penyakit kronik di mana jaringan endometrium (lapisan pelindung rongga rahim) yang semestinya terdapat di dalam rahim ditemukan tumbuh di tempat yang lain. Umumnya, paling sering ditemukan pada indung telur dan semua organ di dalam panggul perempuan. Walaupun sangat jarang, kasus endometriosis bisa terjadi di paru-paru, bahkan otak. Jika sampai menyebar ke otak dan paru-paru, penderita yang mengidap endometriosis dapat mengalami pengempisan paru-paru dan mengalami kejang setiap kali haid.
Perihal penyebab endometriosis, sampai dengan saat ini belum ditemukan pastinya. Hanya saja, di wilayah-wilayah yang mengalami pencemaran lingkungan cukup tinggi, kasus endometriosis terus meningkat. Selain itu, ada kemungkinan endometriosis merupakan penyakit menurun yang dialami perempuan usia produktif, yakni antara usia 25—40 tahun.
Tingkatan nyeri yang berbeda Perempuan yang menderita endometriosis umumnya memiliki keluhan sama, yakni nyeri. Memang, gejala umum endometriosis adalah nyeri, yaitu: nyeri panggul kronis, nyeri menstruasi, dan nyeri bersanggama. Gejala lain yang kerap juga dirasakan adalah rasa sakit dan nyeri perut bagian bawah pada masa menstruasi serta nyeri di bagian punggung. Gejala endometriosis lainnya, sering kali “banjir” darah pada waktu haid.
Tingkatan nyeri yang dialami setiap perempuan berbeda-beda, namun perbedaan tersebut tidak selalu berkaitan dengan besarnya endometriosis. Yang pasti, nyeri yang ditimbulkan oleh endometriosis kerap memengaruhi semua aspek kehidupan yang bersangkutan, dari pekerjaan sampai ke hubungan personal. Beberapa perempuan mengalami nyeri yang spesifik pada waktu tertentu dalam periode menstruasi, sedangkan 1 dari 4 perempuan lainnya mengalami nyeri pada keseluruhan periode menstruasi.
Sayangnya, tidak semua perempuan dengan endometriosis merasakan gejala-gejala seperti tersebut di atas. Beberapa diketahui menderita endometriosis ketika berkonsultasi tentang masalah ketidaksuburan mereka. Endometriosis memang dapat berdampak pada ketidaksuburan, karena endometriosis bisa menyebabkan indung telur, saluran telur, serta organ reproduksi lainnya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Akibatnya, proses pembuahan menjadi sulit, sehingga cikal bakal janin tidak pernah terbentuk. Inilah yang menyebabkan perempuan yang mengalami endometriosis sulit memiliki anak. Tak hanya itu, kemungkinan terjadinya kehamilan di luar kandungan pun jauh lebih tinggi.
Meskipun demikian, Ibu tidak perlu khawatir. Menurut data, 70% kasus endometriosis ringan (stadium 1 dan 2) tetap bisa hamil setelah operasi. Ada pula penderita endometriosis yang tanpa operasi bisa hamil, lalu memasuki masa kehamilan, gejala endometriosis malah berkurang.
Yang pasti, jangan mengabaikan jika ada gejala-gejala endometriosis seperti disebutkan di atas ya.
Narasumber: Dr. H. Andon Hestiantoro, SpOG(K) Seminar “Terobosan Terbaru: Bebas Nyeri Endometriosis”. Jakarta, 19 September 2013
Penulis | : | Utami Sri Rahayu |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR