Nakita.id – Penelitian menunjukkan, setengah dari orang dewasa di Inggris sangat berupaya keras menurunkan berat badan.
Hal itu dilakukan dengan beragam cara, seperti mengendalikan asupan kalori setiap tahun.
Namun, faktanya mendapatkan berat badan ideal tidak bisa dicapai secara instan.
Selain itu, mengonsumsi makanan yang tidak sehat menjadi gangguan yang kerap menggagalkan diet.
BACA JUGA: Pernah Gemuk, Intip Yuk Rahasia Sehat dan Langsing Selena Gomez
Bukan tanpa alasan, ternyata inilah penyebab mengapa seseorang cenderung ingin makanan yang tidak sehat saat sedang diet.
Sinyal kehadiran makanan
Kita semua pasti pernah mengalami kejadian ini, entah ketika sedang berjalan di lorong supermarket yang penuh makanan atau mencium aroma makanan yang lezat membuat air liur setiap orang menetes.
Godaan makanan seperti ini mungkin sulit diabaikan dan bukan hanya ditimbulkan oleh rasa atau bau, tapi juga oleh iklan atau logo makanan.
Ketika lapar, hormon pada tubuh bernama ghrelin merangsang otak, sehingga kita lebih memperhatikan sinyal-sinyal makanan.
BACA JUGA: Sering Gagal Diet? Ini Kunci Sukses Diet yang Kerap Diabaikan
Para periset juga menemukan bahwa saat lapar, otak kita lebih memberi perhatian pada sinyal makanan yang tidak tak sehat (misalnya makanan yang tinggi kandungan gula dan lemak).
Dalam beberapa penelitian, para responden diperlihatkan gambar-gambar makanan berkalori tinggi.
Hasilnya, sinyal makanan itu menyebabkan respons nafsu makan seperti mengidam, meningkatnya air liur, dan keinginan untuk makan.
Semua ini menunjukkan bahwa kehadiran makanan berkalori tinggi sangat mungkin mempersulit perjuangan orang-orang yang sedang berusaha menurunkan berat badan, apalagi jika mereka jadi lapar gara-gara diet itu.
BACA JUGA: Pangkas Bobot Hingga 80 Kg, Ternyata Ini Menu Diet Lezat Dewi Hughes
Makanan terlarang itu lebih menggoda
Tak bisa dimungkiri, makanan yang terlarang dan tidak sehat cenderung lebih lezat dan menggoda iman.
Tak mengherankan, semakin kita menghindari makanan yang disukai demi program diet maka justru kita akan lebih menginginkannya.
Sebuah studi menunjukkan, responden penyuka cokelat yang diminta untuk berhenti menikmati cokelat selama seminggu mengakui hal itu membuat mereka semakin ingin melahap cokelat karena menganggap makanan tersebut menjadi lebih memikat.
Selain itu riset lain menunjukkan, responden yang diminta berhenti mencicipi makanan terlarang justru akan mengonsumsi lebih banyak makanan tinggi kalori.
Efek “ah sudah telanjur”
Saat sedang menjalani program diet, kita cenderung dibatasi oleh aturan demi mendapatkan berat badan yang ideal.
Nah, aturan diet yang kaku justru bisa mengundang masalah, karena perilaku makan yang tidak didasarkan pada sinyal psikologis rasa lapar dapat menyebabkan overeating alias kebanyakan makan.
Masalah lain yaitu, tak peduli sekecil apa pun kita melanggarnya, diet kita bisa bubar seluruhnya (padahal kita cuma makan sepotong kecil kue, misalnya).
Para periset menyebut ini “what-the-hell effect” yang telah dibuktikan dalam beberapa eksperimen laboratorium.
Secara konsisten, beberapa penelitian membuktikan bahwa orang-orang yang sedang berdiet dan melanggar dengan memakan kudapan berkalori tinggi justru akan mengonsumsi kalori lebih banyak lagi saat makan, ketimbang mereka yang tidak melanggar aturan diet.
BACA JUGA: 5 Makanan Sehat ini akan Berbahaya Jika Dikonsumsi Pada Waktu Salah
Pada kenyataannya, mengonsumsi beberapa kalori ekstra memang belum tentu berdampak langsung pada diet.
Tapi “kegagalan” menjaga diet dapat memiliki dampak psikologis yang lebih besar, seperti memicu rasa bersalah dan stres, yang berujung pada kebanyakan makan.
Dengan demikian, pada dasarnya memang manusia lebih mudah terpikat dengan makanan berkalori tinggi apa pun jenis diet yang sedang dilaksanakan.
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Bayu Probo |
KOMENTAR