Nakita.id.- Menyaksikan perkembangan sang buah hati—dari merambat, berjalan goyah, sampai berjalan mantap—semua itu sangat menyenangkan. Sebelum ia pada akhirnya berhasil berjalan, bahkan berlari, bagian yang umumnya paling mengharukan adalah melihat ia terus berusaha dan berproses.
Tak sedikit anak-anak yang mulai berdiri lalu merambat (atau berjalan sambil berpegangan pada perabotan) saat mereka berumur 9 atau 10 bulan. Tapi mereka belum bisa melangkah sendiri hingga mereka melewati ulang tahun pertama. Batita umumnya mampu berjalan sendiri di rentang usia 14 hingga 18 bulan.
Baca juga: 7 Tip Untuk Membantu Anak Belajar Berjalan
Asal dalam rentang waktu berjalan (milestones), orangtua tak perlu cemas. Percayalah, ketika mereka sudah siap untuk mencoba melangkah tanpa berpegangan pada benda apa pun yang bisa dipegangi (termasuk kaki ayah ibunya) agar mereka bisa tetap berdiri, orangtua boleh bersiap-siap untuk menyaksikan langkah-langkah pertama si kecil.
TRIK MEMBANTU LANGKAHNYA
Dibutuhkan keberanian dan dukungan agar si batita berani melakukan langkah pertamanya. Lalu, cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah dengan membiarkan ia bebas bergerak ke mana pun ia mau, asalkan aman.
Selain itu, ada sejumlah cara lain yang bisa Mama lakukan guna mendukungnya belajar berjalan, seperti terangkum dalam buku Caring for Your Baby and Young Child,: Birth to Age 5 ( American Academy of Pediatrics- Paperback 6th Edition – 2014 ) tentang kiat mendorong batita melakukan langkah pertama berikut ini:
* Menempatkan “umpan” yang disenangi. Trik yang sama untuk membujuk bayi agar mau merangkak atau berdiri, juga bisa digunakan untuk memotivasi si batita agar mulai melangkah.
Tempatkan mainan kesukaannya di dekatnya tapi masih di luar jangkauannya ketika ia berdiri—misalnya, di ujung sofa sebelah kiri—dan si kecil pun akan mencoba cara-cara baru guna mendapatkan mainannya tersebut.
* Membantunya mengontrol tubuh. Jika si batita bisa berdiri namun tampak takut atau ragu-ragu soal apa yang harus dilakukan selanjutnya, berarti ia masih perlu banyak latihan dalam mencari tahu cara menyeimbangkan bobot tubuh di kedua kakinya saat bergerak. Bantu ia dengan menjejerkan beberapa perabotan yang kokoh agar ia sendiri bisa kokoh berdiri saat berjalan.
Baca juga: Waspada Kecelakaan Saat Batita Belajar Berjalan
Ibu juga bisa mendorongnya untuk melangkah mandiri dengan memegangi kedua tangannya saat ia berjalan supaya ia tetap seimbang, yang berarti Ibu harus melakukannya dengan pelan dan agak membungkuk. Tapi kegembiraan di wajahnya ketika dia menguasai gerakannya yang mandiri itu akan jauh lebih berharga ketimbang sakit punggung Ibu yang cuma sementara.
* Beri mainan dorong. Troli belanja kecil atau pemotong rumput kecil yang kokoh, misalnya, akan memberikan si batita kontrol saat ia mencengkeram dan mendorong benda-benda tersebut.
Manfaat tambahan, benda-benda semacam itu akan memberinya topangan yang dia butuhkan saat berusaha menguatkan kedua kakinya, menyempurnakan keseimbangannya, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
Carilah mainan yang kokoh yang dilengkapi gagang atau pegangan yang memberinya tempat bersandar, serta roda besar sehingga mainan itu tidak mudah terjungkal.
* Hindari penggunaan baby walker. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan baby walker bisa memperlambat perkembangan motorik anak dan menyebabkan masalah pada punggungnya.
Bahkan, yang lebih buruk lagi, baby walker bisa saja terbalik atau menggelinding jatuh dari tangga, yang bisa mengakibatkan batita mengalami cedera.
* Batasi waktunya saat bermain di stationary activity center. Ini adalah tempat bermain seperti kotak berpagar cukup luas di mana batita bisa mondar-mandir di dalamnya. Memang tidak berisiko membuat batita terjatuh atau terkena benda keras, tapi alat bermain itu juga tidak meningkatkan keterampilan berjalan si kecil, bahkan ketika dia berdiri dan bermain sekaligus.
Ingat, ia butuh mengembangkan otot dada dan lengannya agar bisa berjalan—dan bukan hanya otot kaki saja—jadi biarkan ia bermain di sana selama 30 menit, setelah itu angkat dia.
* Biarkan dia berjalan tanpa alas kaki. Ibu tidak perlu membeli banyak alas kaki untuk anak batita karena alas kaki terbaik baginya adalah tanpa alas kaki. Biarkan ia berjalan dengan bertelanjang kaki (atau, jika ingin, dengan menggunakan kaos kaki anti terpeleset), baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan yang permukaannya aman, sesering mungkin karena hal itu bisa membantunya membentuk otot di kaki dan pergelangan kakinya, membantu perkembangan lengkungan di telapaknya, dan melatih keseimbangan serta koordinasi tubuhnya.
Saat menjelajah di luar ruangan, Ibu bisa memberikan ia sepatu yang ringan dan fleksibel. Jangan gunakan sepatu yang tinggi atau sepatu sneakers yang menutupi bagian mata kakinya—terlalu banyak pelindung mata kaki bisa menyulitkan batita untuk berjalan karena gerakannya menjadi lebih terbatas.
* Pahami bahwa ia butuh waktu untuk berhenti dan waktu untuk mulai. Batita yang memilih untuk asyik dengan aktivitas perkembangan lainnya—seperti memanggil nama hewan peliharaan atau melahap makanan padat karena sekarang ia sudah bisa mengambilnya dengan menggunakan jempol dan telunjuknya—mungkin akan berhenti belajar berjalan selama beberapa minggu atau bahkan 1 bulan.
Baca juga: Kapan Anak Dikategorikan Terlambat Berjalan Lihat Kriterianya Di Sini
Atau bisa jadi si batita tengah menikmati merangkak ke sana kemari sehingga baginya berjalan sebaiknya dilakukan nanti saja. Lagipula, untuk apa berhenti merangkak guna mencoba melakukan sesuatu yang, baginya, tampak lebih lambat?
Batita lain yang tengah belajar berjalan bisa saja tiba-tiba kembali merangkak setelah mengalami jatuh yang parah atau menderita sakit. Jadi, biarkan si batita untuk menikmati waktunya sendiri sebelum memulai melangkah lagi.
Demikian sejumlah kiat mendorong batita melakukan langkah pertama yang layak untuk dicoba! (*)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR