Nakita.id - Selama ini, tes urin menjadi metode yang paling direkomendasikan untuk mendeteksi jika ada sesuatu yang salah dalam tubuh.
Tak terkecuali ibu hamil, dokter biasanya akan menganjurkan tes urin untuk mengetahui level protein dan leukosit yang ada dalam urin.
Hal ini disebabkan, adanya protein dalam urin selama kehamilan bisa saja menandakan proteinuria bahkan ginjal yang tidak berfungsi dengan baik.
Baca Juga : Istri Ernest Prakasa Ungkap Kisahnya Alami Depresi Pasca Melahirkan, Ini Cara Ia Mengatasinya
Normalnya, urin ibu hamil mengandung 300mg/d yang disebabkan beban ganda ginjal selama kehamilan serta peningkatan volume darah yang otomatis menambah stres pada ginjal.
Hasil ini bisa Moms ketahui melalui tes protein dalam urin, dimana hasilnya bisa diketahui dalam durasi waktu 24 jam.
Lalu, seperti apa gejala jika ibu hamil mengalami proteinuria?
Gejala awal biasanya akan muncul pembengkakan di area tangan, pergelangan kaki dan wajah serta urin menjadi berbusa.
Namun, ada beberapa gejala proteinuria di akhir kehamilan yang biasanya ditandai dengan gejala berikut:
- Penglihatan kabur
- Pembengkakan di area wajah yang semakin parah
- Nyeri di bawah tulang rusuk
- Sakit kepala yang parah disertai muntah
- Kurang enak badan yang berbeda dari biasanya
Baca Juga : Patut Dicoba 7 Trik Mudah Agar Tanaman di Rumah Subur dan Bebas Hama
- Mulas
Dismaping itu, penting juga untuk Moms mengetahui indikasi serius yang bisa terjadi jika kadar protein meningkat selama masa kehamilan:
Preeklamsia
Kondisi ini biasanya disebabkan dengan tekanan darah meningkat, terjadi retensi protein di urin dan retensi cairan.
Normalnya menimpa saat usia kehamilan memasuki 20 minggu, preeklamsia biasanya ditandai dengan sakit kepala, muntah, penglihatan yang kabur dan rasa sakit yang tidak normal.
Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa berkembang pada eklamsia, fungsi ginjal tidak baik bahkan ibu berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
HELLP Syndrome
Sindrom ini merupakan anonim dari kondisi yang akan menimpa yaitu hemolisis, peningkatan enzim hati dan jumlah trombosit menurun.
Umumnya, sindrom ini akan terjadi ketika ibu hamil mengalami preeklamsia atau eklamsia namun bisa juga terkena tanpa adanya kondisi ini.
Baca Juga : Ampuh Larutkan Batu Ginjal, Coba Konsumsi Ramuan Alami Ini Moms
Jika tidak ditangani dengan tepat, sindrom ini dapat mengakibatkan komplikasi serius seperti bayi lahir dengan berat rendah, kelahiran mati dan persalinan prematur.
Infeksi saluran kemih atau infeksi ginjal
Jika Moms mengalami buang air kecil dalam intensitas sering dan rasa tidak nyaman saat buang air kecil, besar kemungkinannya Moms menderita infeksi saluran kemih.
Kondisi ini sebaiknya segera ditangani, karena dapat berkembang menjadi infeksi ginjal yang ditandai dengan demam, mual, muntah dan sakit punggung.
Meskipun ISK tidak memengaruhi bayi, infeksi ginjal dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat rendah dan persalinan prematur.
Selain hal diatas, ada juga ragam kondisi lain yang bisa menyebabkan tingginya kadar protein dalam urin seperti stres emosional, dehidrasi, radang sendi, paparan suhu tinggi, olahraga berat, dan obat-obatan.
Kondisi medis tertentu seperti diabetes, penyakit jantung, rheumatoid arthritis, anemia sel sabit, lupus, dan penyakit ginjal kronis juga bisa meningkatkan risiko.
Baca Juga : Catat, Ini 5 Buah Terbaik Untuk Menjaga Hati dan Ginjal Tetap Sehat
Oleh karena itu, sebaiknya Moms yang sedang hamil rutin berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Source | : | momjunction.com |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR