Nakita.id - Saat sedang mengalami stres, setiap orang akan melakukan beragam cara untuk menghilangkannya salah satunya dengan makan.
Makanan memang kerap dianggap sebagai cara paling mudah untuk menghilangkan stres, namun tentunya akan menjadi masalah jika dikonsumsi secara berlebihan.
Menurut data yang dirilis oleh American Psychological Association, sebanyak 30 persen perempuan dan 24 persen laki-laki memilih mengatasi stres dengan mengonsumsi makanan secara berlebihan.
Kebanyakan orang akan memilih makanan yang tidak sehat namun menimbulkan rasa nyaman, misalnya makanan manis dan gorengan.
Tara de Thouars, BA, M.Psi selaku psikolog dalam sesi diskusi Jakarta Food Editor's Club bertemakan Emotional Eating pada Selasa (18/12) menjelaskan hal ini secara gamblang.
Mengonsumsi makanan tertentu saat seseorang sedang mengalami stres dikenal dengan fenomena yang disebut Emotional Eating.
Baca Juga : Menelan Cairan Sperma Sebabkan Kehamilan dan 5 Mitos Seputar Sperma, Moms Wajib Tahu!
Seseorang yang mengalami kondisi ini biasanya akan mengalami perubahan kebiasaan makan, misalnya makan dengan porsi berlebihan dan tetap makan kendati tidak merasa lapar.
Menurut Tara, faktor psikologis dan fisiologis turut memengaruhi makanan yang dikonsumsi seseorang dan menentukan hubungan makanan dan emosi.
"Secara fisiologis, ketika stres otak manusia akan mengalami perubahan kimiawi dimana ini memiliki peranan besar mengatur mood kita yaitu hormon dopamin dan serotonin," ungkap Tara memulai sesi diskusinya.
Secara otomatis, kedua hormon ini akan menurun saat seseorang mengalami stres sehingga kita akan malas melakukan apapun bahkan depresi," jelas Tara.
Penelitian juga menunjukkan, makanan dengan kandungan lemak, gula dan kalori tinggi memang efektif meningkatkan produksi kedua hormon diatas dan membuat mood seseorang kembali bahagia.
Hal inilah yang menjadi jawaban, kebanyakan orang akan melarikan diri pada makanan manis saat kondisi hati sedang tidak menentu.
Sementara itu secara psikologis, seseorang yang sedang stres dan merasa tidak nyaman akan terdorong melakukan cara apa pun untuk menghilangkan stres dan mendapatkan kembali kenyamanan.
Baca Juga : Hilangkan Bau Jengkol Menyengat Cukup dengan Air Beras, Begini Caranya!
"Dalam hal ini, biasanya makan sesuatu yang lezat dan manis akan menjadi pilihan utama untuk meningkatkan mood dan menyingkirkan stres sehingga otak seketika terdistraksi dari stres yang melanda," sambung Tara.
Selain itu, kebiasaan orangtua ternyata turut berpengaruh Moms mengapa anak akan memilih makanan saat stres kala dewasa.
"Coba pas lagi sakit pasti orangtua akan bilang: 'Ayo nak makan yang banyak ya biar cepat sembuh' atau juga kebiasaan memberi makanan manis waktu anak mau ujian.
Secara tidak langsung, anak akan berpikir 'oh makanan itu bisa bikin aku jadi tenang'. Mindset ini yang harus diubah", tegasnya.
Makan satu potong kecil cokelat untuk menanangkan hati saat stres sebenarnya tidak sepenuhnya salah Moms, namun sebaiknya tidak berlebihan.
Jika dibiarkan, makan saat stres atau emotional eating bisa menimbulkan gangguan makan lain yang lebih parah seperti binge eating, compulsive eating bahkan yang lebih parah bulimia.
"Binge eating adalah kondisi seseorang makan dengan kalap dan berlebihan, setelahnya memang ia akan merasa bersalah tetapi orang ini tidak langsung melakukan cara untuk memperbaiki pola makan seperti itu.
Baca Juga : Tak Hanya Petai dan Jengkol, 5 Makanan Ini Ternyata Sebabkan Bau Mulut
Nanti setelah melakukan diet dan berat badan turun, ia kembali melakukan pola makan serupa dan biasanya siklus ini akan terus berlangsung," tutur Tara.
Ada juga compulsive eating, yaitu lapar mata dimana seseorang sulit mengendalikan diri terhadap makanan enak dengan anggapan makan adalah hal yang menyenangkan dan tidak layak ditolak.
"Boleh makan untuk menghibur diri, tetapi kenali dengan baik lapar karena memang ingin makan atau psikologisnya yang lapar," pungkas Tara.
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR