Nakita.id - Perilaku setiap batita memang tidak selalu sama, karena kepribadiannya pun berbeda-beda. Ada yang periang dan aktif, ada juga yang pemalu dan sering ketakutan menghadapi lingkungan barunya. Hal ini sebenarnya wajar, karena sifat ini bawaan dari kelahiran atau bagaimana cara orangtua memperlakukan anak.
Bila batita Ibu selalu punya rasa curiga terhadap lingkungan baru dan orang baru, kemudian terus-menerus tampak marah atau khawatir saat menghadapi sesuatu yang asing, maka kita sebagai orangtua pasti sudah ikut-ikutan panik, bukan?
Selain itu, bila anak tampaknya sulit beradaptasi dibandingkan dengan anak-anak lain yang umumnya antusias terhadap lingkungan baru, ada beberapa penjelasan tentang kekhawatiran anak ini. Berikut sebab-sebabnya:
Baca juga : Anak Bawel di Rumah tapi Pendiam di Sekolah? Jangan Dibiarkan
1# Rasa malu. Beberapa anak yang pemalu sebenarnya terlihat seperti orang jengkel saat bertemu orang baru. Ekspresi wajah mereka yang mencurigakan menutupi kecemasan sosial mereka yang mendasarinya tentang orang lain yang belum mereka ketahui.
2# Pengalaman sebelumnya. Mungkin ketika anak bertemu dengan seseorang yang baru dikenalnya terakhir kali, hal itu mungkin tidak sesuai dengan harapannya. Hal inilah yang membuatnya takut bahwa hal itu akan terjadi lagi.
3# Kepribadian. Tidak setiap anak memiliki jiwa bebas dan jiwa petualang yang tinggi. Jika anak selalu bersikap hati-hati, maka itulah cara dia berhubungan dengan dunia di sekitarnya. Temperamen alaminya membuat dia curiga terhadap orang asing.
Tapi, Ibu tidak perlu khawatir selama tidak mengganggu kehidupannya. Misalnya, anak tidak menolak pergi ke playgroup, tidak terisolasi secara sosial dengan rekan-rekannya dan dia tidak menghindari pergi ke luar rumah.
Baca juga : Mengatasi Anak Yang Sulit Bergaul
Meski begitu, Ibu pasti tetap ingin si kecil lebih bersikap terbuka dan percaya kepada orang lain, dan tidak cenderung menyendiri saat bertemu seseorang yang baru.
Salah satu strategi terbaik adalah menciptakan kesempatan bagi anak untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak dan orang dewasa lainnya.
Ini bisa terjadi saat nenek atau kakeknya mengasuhnya di sore hari atau saat pengasuh bayi tinggal bersamanya dan Ibu sedang pergi keluar rumah.
Ibu juga bisa mengajaknya makan siang bersama teman-teman dan memperkenalkan si kecil pada mereka. Semakin banyak kesempatan anak untuk bersosialisasi, semakin menumbuhkan percaya dirinya dalam mengelola pengalaman ini.
Lakukan terus menerus cara ini jika batita terus tampil marah atau cemas. Jika Ibu membiarkan anak melewatkan pengalaman sosial baru hanya karena dia waspada terhadap orang baru, dia tidak akan memiliki kesempatan untuk belajar bagaimana merespons orang dengan berbeda.
Baca juga : Ini Pola Asuh Yang Bikin Anak Jadi Susah Bergaul)
Bila memungkinkan, beritahu sebelumnya bahwa dia akan bertemu dengan orang dewasa yang tidak dikenal sebelumnya. Memberi tahu sejak awal memberi kesempatan pada anak untuk mempersiapkan diri secara psikologis, misalnya, untuk menemui tamu tak terduga ke rumah kita.
Tapi, hindari menekan anak secara berlebihan agar bisa bersikap ramah. Jelaskan padanya bahwa Ibu tidak akan memaksanya untuk bersikap hangat dan terbuka dengan tamu, namun jelaskan bahwa kita mengharapkannya untuk mencobanya.
Ibu juga bisa mengajarkan keterampilan sosial, misalnya, jelaskan bahwa anak harus melakukan kontak mata dan tersenyum saat bertemu orang-orang baru.
Dorong juga agar anak mau membalas saat diajak bicara orang lain yang belum dikenalnya. Selamat mencoba, Bu!
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR