Nakita.id - Terkait kasus prostitusi online yang menjerat Vanessa Angel, banyak publik yang kemudian bertanya-tanya tentang kisah dan juga perjalanan aktris FTV ini.
Pasalnya, Sabtu (5/1/2019) lalu, Polda Jawa Timur berhasil menciduk Vanessa Angel yang terseret kasus prostitusi online.
Vanessa Angel ditangkap di salah satu hotel di Surabaya saat tengah melayani laki-laki hidung belang.
Tak sendiri, di kamar yang berbeda, Polda Jatim juga menangkap seorang model bernama Avriellya Shaqilla.
Vanessa Angel yang kini dinyatakan sebagai saksi korban sudah selesai menjalani pemeriksaan dari pihak kepolisian dan diperbolehkan pulang.
Sebelumnya, beredar kabar bahwa Vanessa Angel mematok harga Rp80 juta untuk sekali kencan.
Baca Juga : Tak Hanya Vanessa Angel, Sang Mucikari Juga Jual 45 Artis Lainnya dengan Harga Fantastis!
Sedangkan Avriellya, mematok harga Rp25 juta.
Ramainya kabar terkait prostitusi online yang menjerat Vanessa Angel, ia akhirnya memberi klarifikasi melalui konferensi pers setelah proses pemeriksaan terhadap dirinya selesai.
Vanessa meminta maaf kepada semua pihak yang merasa dirugikan atas penangkapannya.
Ia juga meminta maaf karena dirinya sempat membuat gaduh publik dan berbagai pemberitaan nasional.
Ternyata, di saat bersamaan Vanessa ditangkap pihak kepolisian, beredar pula foto syur yang diduga Vanessa Angel.
Foto syur tanpa busana Vanessa Angel beredar di berbagai media sosial dan aplikasi pesan lainnya.
Beredarnya foto syur yang diduga dirinya, Vanessa Angel membenarkan bahwa itu memang fotonya.
Baca Juga : Belajar dari Kasus Baiq Nuril, Ini Sebabnya Mengapa Perempuan Rentan Mengalami Pelecehan Seksual
Merasa dijebak, Vanessa Angel menceritakan kronologi adanya foto syur yang beredar di media sosial melalui kuasa hukumnya.
Melansir dari Warta Kota, kuasa hukum Vanessa Angel, Muhammad Zakir Rasyidi menjelaskan kalau foto-foto tanpa busana yang tersebar saat ini, adalah foto dirinya saat sedang berada di Kuala Lumpur, Malaysia.
"Foto itu (tanpa busana) saat Vanessa di Kuala Lumpur bersama teman artis, sehabis isi acara di sana. Nah setelah dikaitkan dengan kejadian di Surabaya, patut diduga dia (Vanessa) dijebak oleh si temannya itu," kata Muhammad Zakir Rasyidi saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (7/1/2019).
Zakir mengatakan kalau Vanessa sudah menceritakan semuanya terkait foto tanpa busananya yang tersebar.
Baca Juga : Amankan Demo Mahasiswa yang Ricuh, 7 Polwan Jadi Korban Pelecehan Seksual, Begini Kronologinya
Vanessa mengakui, kalau foto tersebut bukan saat kejadian di Surabaya.
"Ya dia (Vanessa Angel) feeling, ada satu nama yang dia sebutkan tadi malam. Tapi kan saya nggak bisa sebutkan di sini. Intinya ada satu nama, dan orang ini adalah artis," ucapnya.
Sehingga, Vanessa menilai kalau foto tanpa busananya itu disebar luaskan oleh salah seorang rekan artisnya. Ia juga berjanji akan melaporkan artis tersebut ke pihak yang berwajib.
"Jadi saya tanya tadi malam, 'ini foto (tanpa busana) kamu benar?' dia jawab, 'benar bang foto saya'. Saya tanya lagi, 'seingat kamu, sama siapa kamu di situ?' gitu. Terus, katanya Vanessa, 'waktu itu saya di Kuala Lumpur posisi saya sedang mandi berdua dengan si teman. Nah saya tidak sadar posisinya dia mengambil foto saya dari samping' candid gitu katanya," jelasnya.
Baca Juga : Dianggap Tabu, Tidak Adanya Pendidikan Seksual pada Anak Jadi Risiko Tertinggi Maraknya Pelecehan Seksual
"Nah kemudian ada beberapa akun-akun yang sudah menyebarkan foto itu, kita sudah mendata akun-akunnya bersama artis yang diduga menyebarkan foto itu," tambahnya.
Lanjut Zakir, pihaknya belum mau memberitahukan siapa teman artis Vanessa yang sudah berani menyebar luaskan foto tanpa busana sedang mandi, ke media sosial.
"Nah artisnya ini perempuan, dari kalangan artis juga. Dia (Vanessa) menduga dia dijebak dari semua kejadian ini. Karena ini bersamaan saat dia diamankan di salah satu hotel di Surabaya, foto-foto dia yang sedang mandi itu pun tersebar luas di media sosial," ujar Muhammad Zakir Rasyidin.
Baca Juga : Belajar dari Kasus Baiq Nuril, Ini Sebabnya Mengapa Perempuan Rentan Mengalami Pelecehan Seksual
Terkait foto syur yang beredar, tampaknya akan membaut pelajaran bagi banyak orang.
Pasalnya, media sosial merupakan 'lahan berbahaya' pengguna.
Seseorang bisa jadi justru terjerumus dalam 'lubang berbahaya' karena kepemilikan media sosialnya sendiri.
Kesalahan Diri Sendiri yang Bisa Terjebak ke Pelecehan Seksual
Terlepas dari kasus prostitusi online yang menjeratnya, beredarnya foto syur Vanessa Angel bisa dikategorikan sebagai adanya pelecehan seksual.
Pelecehan seksual ternyata tak hanya berasal dari eksalahan pelaku pelecehan seksual.
Baca Juga : Anak Elly Sugigi Mencintai Irfan Sbaztian, Ahli: Anak Mencintai Kekasih Ibunya Berdampak Pelecehan!
Bila diperhatikan, banyak kasus pelecehan dan kekerasan seksual menimpa perempuan daripada laki-laki.
Bahkan, menurut data dari Komnas Perempuan, sebanyak 35 persen perempuan menjadi korban pelecehan seksual setiap hari di Indonesia.
Namun, bukan berarti pria mustahil mengalaminya.
Banyak mitos kekerasan seksual yang merajalela di masyarakat kita perlu diluruskan karena sangat merugikan korbannya.
Hal inilah yang membuat korban merasa malu dan cenderung menyalahkan diri sendiri.
Baca Juga : Cara Agar Dads dan Pasangan Terhindar Penyakit Menular Seksual Saat Berhubungan Intim, Catat!
Akibatnya, korban mengalami trauma mendalam, depresi, hingga berkeinginan untuk bunuh diri.
Melihat kasus tersebut, ada lima kesalahan dianggap jadi pemicu pelecehan seksual.
1. Korban selalu berpakaian minim atau seksi
Pakaian yang dikenakan korban umum dijadikan alasan untuk melumrahkan kejadian pelecehan seksual.
"Ya pantas saja dia diperkosa, wong bajunya saja seksi begitu!"
Pernah dengar, kan, komentar nyinyir seperti ini?
Tak jarang pula komentar memojokkan tentang pakaian korban dipergunakan oleh aparat penegak hukum saat memproses kasus kekerasan seksual.
Orang-orang masih berpikir bahwa pakaian seksi sama dengan undangan seks gratis, "Pakaiannya, sih, terbuka, ngundang nafsu saja!".
Argumen ini malah makin menegaskan asumsi kolot bahwa perempuanlah yang harusnya disalahkan untuk 'nasib' mereka sendiri.
Padahal, segala bentuk pelecehan dan kekerasan seksual terjadi atas kebejatan pelaku itu sendiri.
Pakaian bukanlah faktor penentu.
Tindakan tersebut adalah salah si pelaku. Memakai pakaian yang nyaman atau tertutup tidak serta-merta menjamin bahwa kita lebih aman dari tindak kekerasan seksual.
Baca Juga : Unggah Foto Romantis di Media Sosial Ancam Perceraian, Ini Bahaya yang Kerap Diabaikan
2. Pria tidak mungkin jadi korban
Kekerasan seksual memang lebih banyak terjadi pada perempuan dan dilakukan oleh pria.
Itu kenapa kita mungkin menganggap bahwa tidak mungkin kedua peran ini ditukar.
Namun, kenyataannya ada pria-pria di luaran sana yang jadi korbannya.
Anggapan bahwa pria tidak mungkin dan tidak bisa menjadi korban kekerasan seksual itu keliru.
Mitos ini bisa membuat mereka yang benar-benar pernah mengalaminya enggan mencari bantuan karena takut dikira lemah hingga akhirnya menjadi trauma permanen.
Perlu diluruskan lagi bahwa pria dan wanita sama-sama bisa menjadi pelaku atau korban.
Wanita mungkin saja jadi pelaku kekerasan seksual yang menargetkan pria, atau terjadi antar pria.
Faktor yang mendorong seseorang untuk berbuat kejahatan tidaklah didasari oleh gender alias jenis kelamin.
Baca Juga : Ini Pameran Pakaian Terakhir yang Digunakan Korban Pelecehan Seksual
3. Pemerkosaan tidak mungkin terjadi dalam perkawinan
Berhubungan intim antara suami istri merupakan hal yang wajar.
Akibatnya banyak orang menganggap bahwa kalau sudah menikah, seks tentu dilakukan atas dasar suka sama suka.
Mitos kekerasan seksual yang satu ini perlu diluruskan.
Meskipun masih asing di telinga, pemerkosaan dalam perkawinan mungkin saja terjadi.
Berhubungan intim karena paksaan atau ancaman, meskipun dengan pasangan sendiri, sama saja dengan tindak perkosaan.
Pada dasarnya, seks harus disetujui oleh suami dan istri.
Tidak seorang pun berhak memaksa atau mengancam untuk berhubungan seks jika ada salah satu yang menolaknya.
Ingat, suami atau istri bukanlah objek pemuasan seksual yang bisa kamu kuasai kapan pun.
4. Korban tidak melawan karena memang mau
Masyarakat menganggap bahwa sikap korban yang tidak melawan menunjukkan bahwa korban cenderung menikmati dan mau berhubungan intim dengan pelaku.
Ya, pelaku dan korban dianggap melakukannya atas dasar suka sama suka.
Padahal, ini termasuk salah satu mitos kekerasan seksual yang harus kita buang jauh-jauh.
Setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda saat menerima kekerasan seksual.
Ada yang berani melawan, ada yang memilih diam karena takut disakiti pelaku.
Sikap korban yang tidak melawan bukan berarti mereka menginginkannya.
Baca Juga : Seorang Siswi Dipaksa Staf Sekolahnya Gugurkan Janin di Kandungannya Setelah Diperkosa 4 Teman Sekolah
Ini justru menandakan bahwa korban diliputi rasa takut. Apalagi kalau korban diancam dengan senjata.
Maka tidak heran kalau kebanyakan korban pemerkosaan tidak melawan dan lebih memilih untuk diam.
Kondisi ini disebut dengan inhibisi tonik, yaitu respons fisiologis tubuh yang membuat seseorang mengalami kelumpuhan fisik sementara sehingga tidak bisa bergerak atau melawan saat merasa takut atau terancam.
Hal ini jugalah yang membuat korban kekerasan seksual rentan mengalami trauma PTSD dan depresi berat dalam beberapa bulan mendatang.
Baca Juga : Kejam! Kakek 68 Tahun Perkosa Anak Tirinya yang Keterbelakangan Mental Hingga Hamil 7 Bulan
5. Pelakunya orang asing
Banyak orang yang menganggap bahwa pelaku perkosaan atau kekerasan seksual sudah pasti orang asing alias orang yang tidak dikenal sama sekali.
Karena itulah, banyak kasus kekerasan seksual yang terjadi di jalan yang sepi dan biasanya saat malam hari.
Lagi-lagi, siapa pun bisa melakukan tindakan kekerasan seksual.
Begitu juga dengan kerabat terdekat yang tidak pernah kita duga sebelumnya.
Ketua Subkomisi Partisipasi Masyarakat Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin mengungkapkan bahwa lebih dari 60 persen kasus kekerasan seksual terjadi di lingkungan rumah dengan pelaku ayah, paman, kakak, atau suami korban sendiri.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Kompas.com,nakita.id,Warta Kota |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR