Ia menambahkan, perempuan memanfaatkan pernikahan dengan pria kaya sebagai alternatif atau tambahan yang menunjang kehidupan, pekerjaan, dan kariernya.
Penelitian yang mengacu pada data yang diambil dari Inggris dan Spanyol menunjukkan, sebanyak 20 persen perempuan di Inggris menikahi laki-laki yang berpendidikan jauh lebih tinggi pada era 1949.
Kemudian, pada 1990 angka ini meningkat hingga 38 persen.
Pola yang sama juga terjadi di sejumlah negara di Eropa, Amerika, dan Australia.
Menurut Hakim, hasil penelitiannya menunjukkan, kesetaraan dalam beban kerja rumah tangga bukan menjadi perspektif ideal bagi banyak pasangan.
Artinya, banyak pasangan yang tak melihat pembagian kerja rumah tangga sebagai cara pandang ideal.
Suami dan istri tak harus berbagi peran secara setara dalam urusan mengasuh anak dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
"Bukan hal mengejutkan jika banyak istri yang memiliki penghasilan lebih rendah dari suaminya. Serta banyak pasangan yang secara rasional memutuskan bahwa perempuan lebih banyak mengambil peran mengasuh anak dan mengambil jatah cuti lebih banyak," jelas Dr Hakim.
Baca Juga : Jadi Pengusaha Kaya, Ardi Bakrie Keluhkan Mahalnya Biaya Sekolah Anak
Bahkan, tambahnya, banyak perempuan yang mengaku bersedia menjadi ibu rumah tangga bila memiliki suami yang kaya.
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Source | : | Kompas.com,Bussines Insider |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR