pixabay/3643825
Moms pahami Si Kecil agar terhindar dari labelling
Banyak orangtua melakukan labelling awalnya karena tidak sengaja.
Emosi yang meluap-luap saat marah dan perasaan lelah menjadi kombinasi yang memicu Moms melakukan labelling pada anak .
Seperti pengalaman Dewi Puspa Anggraeni (33) yang mengaku pernah tanpa sengaja melabeli anak laki-lakinya.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Ajak Dads Terapkan No Labelling di Rumah Yuk, Moms!
Bagi Dewi, anaknya merupakan tipe yang cuek dan tidak peduli saat diberitahu oleh orangtuanya.
Suatu kali karena terbawa emosi Dewi pun mengucapkan kata “pemalas” pada anaknya, padahal Dewi mengerti kalau labelling akan memiliki dampak yang tidak baik pada Si Kecil.
Untuk mengatasi kejadian tersebut, Dewi mengajak Si Kecil untuk duduk bersama dan bicara baik-baik tentang alasan Dewi berucap seperti itu.
Baca Juga : #Lovingnotlabelling: Usia 3-5 Tahun Si Kecil Sedang Membentuk Karakter, Jangan Diberi Label!
Lihat postingan ini di Instagram
Moms sadarkah bahwa kata-kata yang kita berikan ke anak bisa membuat ia minder atau malah jadi anak yang perfeksionis. Menurut Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., disarankan kita sebagai orangtua hanya membahas perilaku mereka saja, misal saat anak menyisir rambut, daripada kita melontarkan pujian yang berujung labelling, 'Aduh.. memang kamu anak paling cantik di dunia', kita bisa ucapkan 'Nah, kan kamu nampak cantik dan rapih setelah menyisir rambut, coba kalau awut-awutan seperti tadi tampak berantakan' . Hal itu lantas tidak menjadi label, karena ia tahu ada sesuatu yang bisa ia ubah dari dirinya, lewat perilakunya. #LovingNotLabelling
Sebuah kiriman dibagikan oleh NakitaID (@nakitaid) pada 21 Nov 2018 jam 9:11 PST
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Tempo Scan Donasikan Rp 10 Miliar untuk Bayi dan Anak di Palestina
KOMENTAR