Nakita.id - Label adalah julukan yang cenderung menetap diberikan kepada seseorang, termasuk anak.
Biasanya, label diberikan karena sebagian karakter yang dimiliki oleh anak tersebut.
Sayangnya, pemberian label kerap dilakukan secara tak adil karena hanya menyentuh aspek negatif pada sebagian kecil perilaku anak.
Boleh jadi anak itu pintar dan baik, tapi karena tingkah lakunya yang menyebalkan seperti sulit untuk berbagi, maka boleh jadi anak akan mendapatkan label "anak pelit".
Bagaimana pemberian label oleh lingkungan ini? Seberapa berdampakkah pada kepribadian anak?
Baca Juga : #LovingNotLabelling Sering Tak Disadari, Ucapan Sepele Bisa Labeli Anak dan Rusak Potensi Si Kecil
Hal yang pertama dapat orangtua lakukan adalah mencari tahu secara lengkap tentang pemberian label tersebut.
Misal, Sepulang bermain, si kecil lantas "mengadu", "Ayah, tadi aku dikatain anak nakal sama ibunya Doni." Nah, bagaimana reaksi Anda? "Sebaiknya orang tua segera menganulirnya, Tidak, Nak, kamu tidak nakal, hanya terlalu aktif.'," saran Enny Hanum, psikolog perkembangan anak pada nakita edisi 54.
Dengan demikian, anak akan berpikir, "Oh, aku enggak nakal, kok."
Tapi sebelumnya orang tua harus tanya dulu, "Mengapa kamu dibilang nakal?" Misalnya, karena ia berlari-larian di rumah sang teman.
Lihat postingan ini di Instagram
Nah, jelaskan padanya, "Buat keluarga Doni, lari-larian di dalam rumah itu enggak boleh tapi kalau di rumah ini boleh. Kenapa begitu? Ya,karena begitu peraturannya. Di sana rumah Doni, punya aturan yang berbeda."
Menurut Enny, label yang diberikan oleh lingkungan atau orang yang tak dekat secara emosi dengan anak tak begitu berpengaruh pada anak. "Toh, ia bisa bilang ke orang tuanya dan orang tua bisa segera menganulirnya."
Lain halnya bila label datang dari orang yang kehidupan sehari-harinya dekat dan tiap hari didengarnya, "anak akan berpikiran,
'Oh, aku memang begitu.'"
Jadi, saran Enny, tak usah terlalu dicemaskan bila anak mendapat label dari lingkungan.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Sering Dilakukan Tanpa Sengaja, Labelling Bisa Rusak Hubungan Ibu dan Anak
Juga tak perlu sampai orangtua melarang anak bermain ke luar rumah atau memindahkannya "sekolah" ke lain tempat.
"Kalau kita memang ingin anak menjadi pribadi yang kuat, sebaiknya didik anak untuk mengatasi problem di lingkungannya. Kalau tidak, besarnya nanti ia tak akan bisa bermasyarakat. Jadi, lebih baik menguatkan dia agar lebih survive dalam menghadapi masyarakat."
Caranya, ya, dengan memberi pemahaman atau menganulirnya, ia tak seperti label yang diberikan tersebut. Misalnya, "Betul bahwa kamu keliru, tapi keliru itu bisa diperbaiki. Disebut nakal bila kamu sudah diberitahu mana yang boleh dan tak boleh, tapi dengan sengaja melakukannya terus-menerus. Nah, itu yang namanya nakal.
Tapi kamu sebenarnya enggak nakal, kok, kamu anak baik. Karena kamu anak baik, maka kamu tahu itu keliru, kan?"
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Dinilai Merugikan Si Kecil, Ini Cara Orangtua Menghindari Memberi Label Bagi Anak
Tentunya minta agar ia tak berbuat keliru lagi, sehingga ia tak akan lagi disebut nakal. "Papa-Mama pernah keliru, kamu juga pernah keliru. Tapi karena kamu anak baik, maka kamu tak akan lakukan lagi."
Nah, dengan meng-handle perasaannya terlebih dulu, maka dampak konsep diri yang salah pun tak akan terjadi.
Bila anak diberi label negatif oleh lingkungan namun orangtua tak tahu, maka orangtua harus peka. "Anak, kan, pasti merasa tak nyaman dengan diberi label negatif. Nah, ini akan jelas terlihat dari perilakunya walaupun ia tak bilang ke orang tuanya."
Misalnya, ia tak mau main lagi ke luar rumah. Orang tua yang peka tentunya akan melihat perubahan tersebut, lalu tanyakan pada si anak. Dari situlah orang tua bisa tahu dan memberikan penjelasan padanya.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Nakita |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR