Nakita.id - Terjadi aksi penembakan brutal di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru pada Jumat (15/3/2019).
Dua masjid yang jadi sasaran tembak yakn masjid Kota Christchurch dan Linwood Islamic Center.
Penembakan brutal tersebut terjadi pada saat sedang berlangsung ibadah shalat Jumat di dua masjid tersebut.
Insiden tersebut meninggalkan duka mendalam bagi seluruh masyarakat di penjuru dunia.
Hingga berita ini ditulis, sebanyak 40 nyawa terenggut, dan sebagian merupakan WNI (Warga Negara Indonesia) yang tinggal di Selandia Baru.
Baca Juga : Zulfirman Syah dan Anaknya 2 Tahun Korban Penembakan Selandia Baru, Sang Kakak:
Sementara itu, 20 korban dinyatakan selamat dan mengalami luka-luka.
Tentu insiden ini juga jadi kesedihan dan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia.
Dari data terbaru, sebanyak 6 orang WNI dikabarkan menjadi korban penembakan di Christchurch.
Selain WNI, ada korban dari berbagai negara lain yang saat itu tengah menjalankan ibadah shalat Jumat.
Seperti diberitakan Daily Mail, para penyintas yang tak ingin disebutkan identitasnya itu mengisahkan bagaimana mereka berpura-pura mati untuk menghindari serangan Tarrant.
Kemudian jemaah yang lain mengungkapkan mereka bersembunyi sementara Tarrant bergerak dari satu ruangan ke ruangan lain, dan menembaki mereka yang masih hidup.
Salah satu korban selamat mengatakan, dia hanya bisa pasrah dan berdoa sembari menelungkup ketika Tarrant datang dengan memberondongkan tembakan.
Baca Juga : Bom Sibolga: Terus Melawan Saat Diamankan Polisi, Istri dan 2 Anak Teroris Bom Sibolga Meledakkan Diri
"Saya berdoa dan berpikir 'Ya Tuhan, biarkanlah pria ini kehabisan peluru'," ujar jemaah itu.
Ketika Tarrant berhenti, jemaah itu beranjak untuk kabur. Namun pria yang ada di sebelahnya memperingatkannya.
Beberapa saat kemudian, Tarrant datang dan menembak pria yang memintanya tak bergerak.
Pria berusia 28 tahun tersebut menembak jemaah itu di bagian dada.
"Darah langsung terpercik ke muka saya. Saya berpikir 'Ya Tuhan, Ya Tuhan, saya bakal mati," kisahnya.
Idris Khairuddin kepada The Sun mengaku awalnya dia berpikir suaranya seperti ada pekerjaan konstruksi hingga jemaah yang lain mulai berhamburan dan berteriak.
Remaja berusia 14 tahun itu berkata pamannya ditembak di bagian punggung.
"Saya berharap luka yang dideritanya tidak serius," tuturnya.
"Pekan ini adalah pertama kalinya saya datang ke masjid. Saya masih terguncang dan pengalaman ini membuat saya trauma," ungkap Khairuddin.
Salah satu jemaah anonim lain juga mengisahkan dia adalah salah satu dari segelintir orang yang berhasil kabur dari masjid.
Baca Juga : Pembantaian Sadis, Pria Ini Tembak Istri dan 3 Tetangganya, Kisahnya Bikin Elus Dada
Sama seperti jemaah pertama, dia menuturkan sempat berdoa supaya Tarrant kehabisan peluru. Dia mengaku butuh waktu 1,5 jam supaya berhenti gemetar.
Idris Khairuddin kepada The Sun mengaku awalnya dia berpikir suaranya seperti ada pekerjaan konstruksi hingga jemaah yang lain mulai berhamburan dan berteriak.
Remaja berusia 14 tahun itu berkata pamannya ditembak di bagian punggung.
"Saya berharap luka yang dideritanya tidak serius," tuturnya.
"Pekan ini adalah pertama kalinya saya datang ke masjid. Saya masih terguncang dan pengalaman ini membuat saya trauma," ungkap Khairuddin.
Salah satu jemaah anonim lain juga mengisahkan dia adalah salah satu dari segelintir orang yang berhasil kabur dari masjid.
Sama seperti jemaah pertama, dia menuturkan sempat berdoa supaya Tarrant kehabisan peluru. Dia mengaku butuh waktu 1,5 jam supaya berhenti gemetar.
Seorang pria Pakistan kepada AFP berujar dia melihat sendiri seorang jemaah tertembak di bagian kepala. Dia mendengar tiga tembakan beruntun.
Baca Juga : Tengah Diberitakan Media, Rumah Sule Kabarnya Diteror Belatung Berbentuk Pocong, Benarkah?
"Sepuluh detik kemudian, dimulai lagi. Saya pikir dia menggunakan senjata otomatis. Tidak ada yang bisa menarik pemicu secepat itu," tuturnya.
Pria tersebut menjelaskan bagaimana jemaah berlarian melarikan diri dengan beberapa di antara mereka bersimbah darah di bagian wajah.
Seorang jemaah lain kepada stuff.co.nz mengisahkan dia sedang salat ketika mendengar tembakan, dan melihat istrinya tewas di tepi jalan dekat masjid.
Adapun satu saksi mata seperti dilansir CNN mengisahkan bagaimana dia tengah berkendara menuju masjid, dan berhenti untuk membantu para korban.
Saksi mata itu menuturkan dia melihat seorang pria membawa putrinya yang berusia sekitar 3-4 tahun dengan luka tembak di punggung.
"Dia berteriak ingin ke rumah sakit. Maka saya segera menaikkan mereka. Pria itu juga menderita luka di bagian kaki," ujar saksi mata tersebut.
Penembakan itu menewaskan hingga 49 orang, dengan polisi menangkap empat orang, tiga pria dan satu perempuan, beberapa jam setelah penembakan.
Baca Juga : Sebelum Tewas, Terduga Teroris di Kaliurang Sempat Lingkarkan Celurit ke Leher Perempuan
Di mobil terduga teroris, polisi menjelaskan terdapat dua bom rakitan yang segera dinetralkan oleh pasukan Selandia Baru.
(Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul Korban Selamat Pura-pura Mati agar Tak Ditembak Teroris Penembak Masjid)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR