Nakita.id - Pernikahan merupakan suatu momen sakral berupa bersatunya dua sejoli dalam suatu ikatan suci yang berjanji untuk hidup bersama-sama dalam suka dan duka.
Sebagian besar orang memimpikan pernikahan yang berjalan lancar dan indah.
Dulu, sempat menjadi tren pernikahan karena perjodohan keluarga.
Baca Juga : Berikan yang Terbaik, Bahan Alami Harus Jadi Pilihan Utama Agar Bayi Terlindungi
Kini, tradisi tersebut perlahan-lahan dihilangkan karena banyak orang yang merasa tertekan.
Dikutip dari Tribun Jateng, ternyata pernikahan karena dijodohkan masih terjadi di Gunung Kidul.
Pada 2018 sendiri Pengadilan Agama mencatat 4 kasus nikah dengan dijodohkan (Kawin paksa) berakhir dengan perceraian.
Humas Pengadilan Agama Wonosari, Barwanto mengatakan Februari 2019 ada satu kasus nikah dengan cara dijodohkan.
Baca Juga : Warganet Bandingkan Sandra Dewi dan Syahrini, 'Orang Kaya Mah Jet Pribadi Bukan Nyewa'
Setelah itu, pada Juli 2018 muncul kembali tambahan satu kasus pernikahan dengan cara dijodohkan.
"Pada bulan Agustus muncul kembali hal serupa namun pada bulan September tidak ada laporan masuk, lalu memasuki bulan oktober kembali muncul praktik kawin paksa atau dijodohkan kalau ditotal ada 4 kasus selama Januari hingga Desamber 2018," katanya, Senin (1/4/2019).
Padahal, seharusnya perkawinan harus disetujui oleh kedua calon mempelai.
Hal ini seperti yang tertuang pada Peraturan perundangan yaitu Pasal 6 ayat 1 UU no 1/1974 tentang perkawinan.
Baca Juga : Hunian Nikita Mirzani Senilai Rp10 M Disebut Super Mahal, 'Rumah Itu Dijual lagi, Gue Nggak Usah Kerja'
Terlebih, banyak kasus perceraian yang terjadi akibat kawin paksa.
"Harus ada persetujuan antara kedua belah pihak hal tersebut dimaksudkan agar setiap orang bebas memilih pasangannya untuk berumah tangga dalam ikatan perkawinan, kawin paksa juga sebagai penyumbang penyebab terjadinya perceraian walaupun angkanya masih cenderung kecil," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (P3AKBPD) Gunungkidul Sudjoko mengatakan pihaknya terus melakukan upaya pencegahan perceraian sedini mungkin.
"Kami terus berupaya menekan angka perceraian semua pihak harus berperan aktif. Pencegahan juga harus dilauakn sedini mungkin bisa saja dimulai dari menularkan jiwa tanggung jawab kepada anak-anak," ucapnya.
Moms, dalam berumah tangga memang memiliki berbagai rintangan yang harus dihadapi.
Perbedaan pendapat atau permasalahan lain merupakan hal yang sangat wajar terjadi pada pasangan suami istri.
Namun, jangan sampai permasalahan tersebut membuat pertengkaran yang tak lekas usai Moms.
Berikut 5 tips menjaga rumah tangga dikutip dari Psychcentral:
1. Bersikaplah jujur dengan diri sendiri mengenai tujuan hubungan Moms
Kategori mana yang Moms ikuti apakah untuk melindungi atau niat untuk belajar?
Apakah bertujuan untuk melindungi diri dari rasa takut, atau dari perilaku seperti kemarahan, menyalahkan, mengkritik, ancaman, atau perlawanan?
Atau ingin memiliki kontrol atas apapun lebih penting daripada mencintai diri sendiri dan pasangan?
Atau apakah niat utama Moms untuk belajar tentang mencintai diri sendiri dan pasangan?
Apakah Moms lebih senang peduli dan berbagi cinta daripada menjadi benar dan menang?
Apakah belajar lebih penting bagi Moms daripada menerima persetujuan?
Dasar untuk semua aturan lainnya adalah untuk belajar mencintai diri sendiri dan orang lain.
Jika tujuan utama Moms ialah untuk melindungi diri dari rasa sakit dan penolakan dengan perilaku mengendalikan, Moms tidak akan memiliki kesempatan untuk meningkatkan hubungan.
Maka masalah akan terus muncul.
2. Melupakan masa lalu
Jika permasalahan selalu berujung pada masa lalu yang belum sirna, jangan menyalahkan pasangan untuk rasa sakit yang belum selesai itu.
Baca Juga : Merasa Jantung Bermasalah? Hati-hati Bisa Jadi Karena Antibiotik
Moms perlu memaafkan dan melupakan masa lalu, agar hubungan rumah tangga semakin harmonis.
3. Mengurangi interogasi dan mengoreksi pasangan
Jangan lagi menganalisis atau mendefinisikan pasangan.
Apalagi dengan pertanyaan interogasi yang benar-benar menyerang.
Perilaku ini sangat mengendalikan dan invasif.
Tugas Moms adalah mendefinisikan diri sendiri, bukan pasangan!
Semakin tidak menilai dan tidak mengoreksi pasangan, semakin baik hubungan rumah tangga.
4. Sering bonding dan berbicara dari hati ke hati
Daripada selalu menuntut pasangan atas rasa takut yang kita rasa, lakukan bonding dengan pasangan.
Bonding ini akan meredakan perasaan takut, cemas, marah dengan pasangan kita.
Baca Juga : Kafein Memberikan Energi, Tapi Amankah Bila Dikonsumsi Selama Kehamilan?
Dengan bonding kita pun tahu apa kata hati masing-masing.
5. Menerima kekurangan pasangan
Belajar untuk menghargai perbedaan daripada mencoba untuk membuat pasangan menjadi apa yang kita mau.
Dukung pasangan untuk menjadi dirinya sendiri, untuk melakukan apa yang ia senangi alias jangan mengekang.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | psychcentral.com,Tribun Jateng |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR