Nakita.id - Malang nasib siswi SMP asal Pontianak, Kalimantan Barat, berinisial AU, hanya karena masalah sepele ia jadi korban tindak penganiayaan.
Melansir Tribun Timur, AU yang baru berusia 14 tahun dikeroyok 12 siswi SMA hingga menyebabkan luka serius.
Kasus penganiayaan ini pun segera ramai di media sosial sejak Selasa (9/4/2019) malam.
Baca Juga : Berikan yang Terbaik, Bahan Alami Harus Jadi Pilihan Utama Agar Bayi Terlindungi
AU menjadi korban kekerasan fisik, lantaran perihal berbalas komentar di media sosial, terkait kakak sepupu AU yang merupakan mantan kekasih dari salah satu pelaku penganiayaan.
Para pelaku bermaksud memancing kakak sepupu korban dengan menjemput AU dan membawanya.
Namun, justru AU yang jadi korban penganiayaan yang terjadi Jumat (29/3/2019) lalu.
AU dikeroyok hingga kepalanya dibenturkan ke aspal dan wajahnya ditendang, mengakibatkan luka dalam.
Baca Juga : Kenali Empat Mitos Ini Membuat Kehamilan Moms Lebih Menyenangkan
Bahkan salah seorang pelaku sempat berusaha melukai organ intim AU, bermaksud membuat AU tak perawan lagi.
Mirisnya kejadian serius ini tak segera dilaporkan oleh AU, pasalnya ia merasa takut.
AU baru berani bercerita pada orangtuanya sepekan setelah kejadian naas itu menimpanya.
Barulah korban dan orangtua melaporkan bully fisik parah ini ke pihak Kepolisian Pontianak Selatan, Jumat (5/4/2019).
Baca Juga : Dokter Ini Operasi Dirinya Sendiri Karena Tak Ada yang Bisa Membantunya: 'Itu Operasi Biasa'
AU kini telah mendapatkan perawatan di rumah sakit, dan dalam proses pemulihan, walau ia mengalami trauma hebat.
Kejadian mengerikan ini tentunya membuat banyak orang, terutama para orang tua merasa waswas pada pergaulan anak.
Menilik kasus yang menimpa AU, korban kekerasan atau bully memang kerap menyembunyikan situasinya karena merasa takut.
Moms mungkin merasa cemas, apakah Si Kecil juga mengalami bullying di lingkungan pergaulannya?
Melansir Reader's Digest, Moms bisa mengetahui apakah Si Kecil menjadi korban bullying dengan melihat tanda-tanda ini, waspadai ya.
1. Mengeluh sakit kepala atau sakit perut
Sakit kepala dan sakit perut adalah manifestasi fisik umum dari stres dan kecemasan yang terkait dengan tanda-tanda bullying.
Keduanya juga bisa menjadi penyakit yang mudah dipalsukan sebagai alasan untuk tinggal di rumah dari sekolah dan kegiatan sosial lainnya.
Baca Juga : Moms Mau Tidur Lebih Nyenyak? Mudah, Taruh Tanaman Ini di Kamar Tidur!
Jika Si Kecil sering mengeluhkan gejala-gejala ini, bicarakan dengan mereka tentang hal itu.
Anggota Koalisi Advokasi Hak-hak Pendidikan, Bailey Lindgren, menyarankan untuk mengatakan sesuatu seperti mengajak anak bercerita tentang keluhannya.
2. Sulit tidur
Coba perhatikan, apakah Si Kecil kerap terbangun di malam hari, atau terus mengubah posisi tidurnya dengan gelisah?
Jika seorang anak gugup atau cemas tentang apa yang mungkin terjadi pada hari berikutnya di sekolah atau di tempat lain, ia dapat mengalami kesulitan tidur.
"Jika seorang anak tampak lebih lelah saat sarapan atau hanya terlihat lebih lelah dari biasanya, itu bisa menjadi tanda mereka mengalami kesulitan tidur di malam hari," kata Lindgren.
Keletihan juga bisa dilihat sebagai ketidakmampuan anak untuk fokus atau menjaga kebersihan yang baik.
Hal ini dapat mengindikasikan apa saja mulai dari masalah tidur hingga bullying dan depresi.
Baca Juga : Pola Pengasuhan Sederhana ini Sering Dilewatkan, Padahal Besar Manfaatnya
3. Menjadi pendiam
Jika seorang anak tidak banyak bicara seperti biasanya, atau jika mereka langsung pergi ke kamar setelah sekolah, itu bisa menjadi hal yang harus diwaspadai.
Bertindak agresif pada saudara kandung juga bisa menjadi tanda intimidasi yang berkepanjangan.
Dalam beberapa kasus, korban bullying akan menjatuhkan "sikap korban" dan menjadi reaktif dengan saudara kandung dan anak-anak lain sebagai gantinya.
4. Mengabaikan atau terlalu terobsesi dengan gadget
Jika bullying terjadi secara online, Moms mungkin memperhatikan satu dari dua hal: keterikatan berlebihan terhadap perangkat elektronik, atau Si Kecil sama sekali tak menggunakannya.
Jika itu adalah yang pertama, anak bisa gelisah jika Moms mencoba dan membatasi penggunaannya.
Dengan yang terakhir, Moms mungkin menemukan anak sulit untuk menyentuh gadget mereka.
Lindgren merekomendasikan pengaturan aturan dan pedoman untuk keterlibatan online ketika anak-anak pertama kali membuat akun media sosial.
Dia mengatakan anak-anak mungkin enggan memberi tahu orang dewasa tentang cyberbullying karena khawatir perangkat mereka akan diambil.
Baca Juga : Tetap Tenang dan Lakukan Hal Ini Jika Anak Suka Bertengkar, Berbohong, dan Berteriak
5. Reaksi emosional
Perhatikan reaksi Si Kecil tiap Moms mencoba mendiskusikan tentang sekolah.
Jika seorang anak atau remaja memiliki reaksi emosional yang kuat terhadap percakapan tentang sekolah atau pertemanannya, itu bisa menjadi tanda mereka menyimpan kegelisahan di sekitar peristiwa itu.
Misalnya tiba-tiba Si Kecil menangis atau justru marah jika Moms menyinggung tentang sekolah dan teman-temannya.
Bagaimanapun, Moms akan melihat gejolak emosional, atau keengganan untuk membahas hal tersebut.
Source | : | Reader's Digest,Tribun Timur |
Penulis | : | Anisa Annan |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR