Nakita.id - Dalam berkomunikasi dengan Si Kecil, apakah Moms pernah melakukan tindakan labelling?
Menurut Psikolog anak Erfianne S. Cicilia, S. Psi, labelling sendiri merupakan suatu tindakan memberikan label atau ciri atas perilaku anak.
Misalnya saja ketika Moms mengatakan bahwa Si Kecil jorok atau tidak bisa menjaga kebersihan, atau pun lambat dalam melakukan suatu hal.
Baca Juga : Berikan yang Terbaik, Bahan Alami Harus Jadi Pilihan Utama Agar Bayi Terlindungi
Ucapan-ucapan itu rupanya akan memiliki dampak besar terhadap anak lho Moms.
Dampak yang akan dirasakan anak itu dapat berefek dalam jangka pendek hingga panjang.
Tak hanya sebatas pada itu, perilaku labelling ini pun rupanya bisa terjadi dalam bentuk lain yang tak disangka.
Salah satunya saat Moms mengatakan malas pada Si Kecil.
Menurut penjelasan psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., dari Universitas Indonesia, salah satu kata labelling yang sering diucapkan oleh orangtua ialah malas.
Melabel anak malas tidak akan efektif dan justru membuat anak merasa dibenarkan perilakunya.
“Jadi bukannya dia dikritik dan jadi bersemangat tetapi dia jadi merasa dibenarkan bahwa dia malas,” ungkap Nina.
Daripada mengatakan malas, Nina menyarankan orangtua menuntun apa yang hendak dia harapkan dari anak.
“Dari pada dia bilang beresin kamar, dia bisa lebih detail.
Misalnya tolong dong barang barang yang di atas lantai dinaikan ke atas meja, setelah itu tolong disapu dulu lantainya.
Jadi lebih mudah untuk dicapai dibandingkan membereskan kamar secara keseluruhan,” ujarnya memberi contoh.
Baca Juga : Dicecar Pertanyaan Hotman Paris, Audrey Menangis Jelaskan Tudingan yang Menimpanya Selama Ini
Selain itu, Nina juga mengingatkan orangtua akan pentingnya menyadari pewaktuan anak, atau bagaimana cara anak mengelola waktunya.
Contohnya, daripada berbica "Sekarang langsung beresin kamar mama tidak mau tau!" Ada baiknya 'Terserah kamu mengerjakannya jam berapa yang penting jam 12 sudah beres',” ujar Nina.
Dengan begitu anak akan dapat tetap mengikuti permintaan orangtua tanpa merasa terbebani.
Baca Juga : Tatap Mesra Cut Meyriska, Begini Jawaban Mengejutkan Roger Danuarta Saat Ditanya Perihal Rencana Pernikahan
“Jadi anak bisa merasa 'Oke deh aku mau leye-leye dulu nati aku bereskan sebelum jam 12’. Namun pada anak yang ingin cepat selesai, ia mungkin akan langsung mengerjakan sehingga ia bisa leye-leye setelahnya,”
“Ketika kita memberikan durasi yang lebih luwes, maka anak anak ini akan lebih bersemangat untuk melakukan sesuatu,” tegasnya.
Jadi Moms, dengan beberapa kalimat alternatif tersebut, Moms bisa menghindari labelling pada anak.
Baca Juga : Sambil Menahan Tangis, Ajun Perwira Ucapkan Ini Pada Istrinya Saat Pernikahan
Tanpa harus menggunakan kata 'dasar kamu malas', Moms tetap bisa memberi tahu kepada anak bahwa yang dilakukan anak saat itu belum tepat.
Sekarang sudah tau ya Moms mengenai #lovingnotlabelling.
Selalu semangat awasi perkembangan Si Kecil ya Moms!
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Nakita |
Penulis | : | Salmaa Awwaabiin |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR