Nakita.id - Melabel anak sudah jelas bukan tindakan terpuji yang bisa dilakukan oleh orangtua.
Selain berakibat buruk untuk mental Si Kecil, melabel juga bisa membatasi potensi serta merusak percaya diri anak.
Sama seperti yang terjadi pada Andrew Don yang butuh puluhan tahun untuk bisa sembuh dari label.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Daripada Marah-marah, Ini Cara yang Tepat Ajari Anak Tanggung Jawab
Andrew yang notabene seorang anak laki-laki diberi label nakal oleh orangtua dan lingkungannya sendiri.
"Perilaku anak laki-laki adalah cerminan dari emosinya," kata Andrew Don.
Andrew menilai kalau sikap emosional laki-laki tidak berbeda dari sikap emosional perempuan.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Ini 6 Cara Agar Tidak Memberikan Label Pada Anak
Hanya saja, laki-laki lebih sering mengungkapkan perasaan mereka dengan tindakan yang membuatnya dilabel nakal.
Menelisik balik, Andrew kemudian mengingat kalau ia juga sering disebut 'nakal' oleh sang mama ketika masih kecil.
"Aku jadi percaya kalau ibukku meninggal dunia karena perilaku nakalku," akunya.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Melabeli Anak dapat Membekas Hingga Dewasa, Ini Cara Menghindarinya
Ibu Andrew Don meninggal dunia ketika ia masih berumur 14 tahun, karena sakit keras.
Hal itu semakin membuatnya terpuruk dan merasa sedih karena menganggap sang mama meninggal dunia karena stres melihat perilakunya.
Setelah ibunya meninggal, keadaan Andrew semakin parah karena dia tidak bisa move on dari kematian sang mama.
Andrew semakin 'menggila' karena ia tidak bisa mengekspresikan emosi yang ia pendam.
"Aku bermasalah, menarik diri dan panik, bahkan di sekolah aku tidak bisa membaca dengan lantang, aku selalu gemetar dan terbata-bata," kisahnya.
Meski memiliki teman, ia mengaku tidak bisa membagikan kisah sedih dari kehilangan seorang ibu, dan berpikir ia adalah penyebabnya.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Ini Alasan Orangtua Memberikan Label Pada Anak
Satu-satunya tempat yang bisa membuatnya meluapkan emosi adalah pusara sang mama.
Efek buruk label nakal masih terus menghantuinya dalam kehidupan percintaan.
Andrew tidak bisa menjalin cinta karena merasa terlalu malu dengan dirinya sendiri.
Pada satu titik, Andrew akhirnya memutuskan untuk menemui psikolog.
Lewat terapi dan konsultasi, Andrew akhirnya bisa menerima kalau baik sang mama dan dirinya bukan orang sempurna dan bisa melakukan kesalahan.
"Aku akhirnya memahami hal itu dan bisa merasakan nikmatnya pertemanan dan menjalin kasih tanpa berpikir memberikan atau menerima cinta," ucap Andrew.
Akhirnya, setelah puluhan tahun berlalu dan Andrew menjadi seorang ayah, ia sadar kalau perilakunya tidak bisa disebut nakal.
Faktanya, ia hanya anak sensitif yang mencintai binatang dan peduli dengan orang lain.
"Mungkin bisa disebut jahil, tapi bukan nakal," pungkasnya.
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Source | : | Daily Mail |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR