Nakita.id - Terkadang, kata negatif seperti 'malas' 'anak penakut' 'tidak bisa disiplin' mungkin saja pernah terlontar dari mulut Moms dan Dads tanpa disadari ketika menghadapi tingkah laku Si Kecil.
Apalagi ketika Si Kecil sudah semakin besar, Moms mungkin mengharapkannya telah mengerti apa yang Moms inginkan.
Kemudian ketika Moms merasa kecewa atas tingkahnya, tanpa sadar Moms melontarkan sebuah julukan.
Baca Juga: Berikan yang Terbaik, Bahan Alami Harus Jadi Pilihan Utama Agar Bayi Terlindungi
Misalnya saat Si Kecil tidak menjaga kebersihan dan tidak menata kamarnya dengan rapi, mungkin Moms terlanjur menyebutnya sebagai 'pemalas'.
Ketika Moms menyebut anak yang mulai beranjak remaja dengan 'seorang yang pemalas', ini bisa berdampak saat mereka bekerja nanti.
Melansir laman Psychology Today, labelling ini bukan hanya merugikan anak tetapi juga orang tua.
Pada beberapa remaja, labelling yang dilakukan orang tua mereka dan membuatnya tersakiti bisa menjadi hambatan mereka untuk sukses.
Baca Juga: #LovingNotLabelling Ajarkan Disiplin Pada Anak Tanpa Melabel dan Memarahi, Ini Tipsnya!
Hal itu terjadi karena labelling 'malas' yang dilontarkan pada orang tua mereka, akan tertanam dalam otaknya sehingga mereka menganggap jika semua kata tersebut benar adanya.
Bukan tidak mungkin, masa remaja mereka akan sangat bergantung pada orang tua dan tidak percaya diri ketika ingin mengeluarkan kemampuannya.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Kendalikan Emosi Saat Marah Pada Anak Dengan 5 Cara Ini
Daripada mengatakan kata 'malas', sebaiknya beri dukungan pada remaja Moms dengan kata yang positif sehingga ia bisa menjadi remaja yang mandiri dan rajin.
Dengan demikian, mereka mampu melakukan segala sesuatu atas inisiatif dan usaha sendiri tanpa bantuan orangtua.
Labelling 'malas' hanya membuat remaja tidak percaya diri dalam lingkungan sosialnya.
Tidak hanya itu, labelling 'malas' juga membuat orang lain yang mengetahuinya akan menganggap jika remaja tersebut benar-benar seorang yang malas, tidak mau berusaha, tidak ingin bekerja, dan tidak ingin menjadi seseorang yang berhasil.
Tentu sebagai orangtua, tidak ingin jika suatu saat nanti anak mengalaminya bukan?
Maka dari itu, agar terhindar dari labelling, tanyakan pada diri sendiri apakah yang menjadi alasan sampai Moms harus memberi label 'malas' pada anak?
Apakah karena anak tidur sampai sore hari pada akhir pekan, atau terus-menerus menunda melakukan pekerjaan rumah?
Jika iya, ada baiknya komunikasikan secara baik-baik dengan anak dan beri mereka pengertian dengan bahasa yang baik tanpa harus melabelnya dengan kata 'malas'.
Demi kebaikannya, hindari memberikan label apa pun ya, Moms.
Bantu Kurangi Tanda Penuaan Dini, Collagena Hadir Penuhi Kebutuhan Kolagen Sebagai Kunci Awet Muda
Source | : | Psychology Today |
Penulis | : | Anisa Annan |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR