Kecerdasan buatan adalah perangkat lunak atau program komputer dengan mekanisme untuk belajar, kemudian pengetahuan tersebut digunakan untuk mengambil keputusan dalam situasi baru, seperti yang dilakukan oleh manusia.
Saat ini kita berada di revolusi 4.0, ketika masyarakat dunia fokus untuk mengejar revolusi industri 4.0, Jepang menyatakan diri mulai menerapkan society 5.0.
Baik industri 4.0 maupun society 5.0 keduanya dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitas kerja PR karena adanya unsur yang saling melengkapi.
Untuk menyikapi perubahan ini, seorang pakar PR dari Bandung bernama Nurlaela Arief menulis lengkap akan PR dalam masa ID dalam bukunya berjudul "Public Relations in the Era of Artificial Intelligence".
Dalam buku tersebut dikatakan kalau sepanjang tahun 2005-2015, jumlah rekrutmen untuk pekerjaan sebagai PR dan Jurnalis mengalami penurunan, sebesar 14%, digantikan dengan pekerjaan baru yang bernama Social media manager dan content creator, yang meningkat hingga 30%.
Namun masa depan profesi PR yang berfokus pada aspek manusia tetap masih diperlukan sampai dengan 5 atau bahkan 10 tahun kedepan.
Namun, praktisi PR perlu meningkatkan kemampuan dan praktik yang cukup banyak.
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR