Nakita.id - Kunci keberhasilan sebuah perusahaan mencakup banyak hal, namun yang tak kalah penting adalah hubungan perusahaan tersebut dengan banyak rekanannya.
Keahlian hubungan itu disebut dengan hubungan masyarakat, alias Public Relations atau PR.
Jadi, PR adalah disiplin untuk menjaga reputasi yang dikaitkan dengan kepercayaan.
Sebab manusia membangun kepercayaan dengan manusia, bukan dengan mesin atapun robot.
Baca Juga: Terbiasa Bernapas Lewat Mulut? Hati-hati Moms, Bisa Mengubah Bentuk Rahang Anak!
Beberapa tahun lalu, pekerjaan PR menjadi favorit kaum hawa.
Tapi bagaimana dengan masa depan?
Dengan perkembangan zaman yang semakin canggih, beberapa aktivitas PR akan terancam oleh Artificial Intelligence (AI).
Oleh karena itu, praktisi PR harus memiliki kemampuan-kemampuan khusus.
Dengan AI, praktisi PR tidak hanya dapat mengetahui informasi yang sudah terjadi, tetapi juga dapat memprediksi sebuah kejadian atau peristiwa yang akan terjadi kedepannya.
Baca Juga: Ternyata Menceritakan Dongeng Penting Untuk Perkembangan Anak, Moms!
Kecerdasan buatan adalah perangkat lunak atau program komputer dengan mekanisme untuk belajar, kemudian pengetahuan tersebut digunakan untuk mengambil keputusan dalam situasi baru, seperti yang dilakukan oleh manusia.
Saat ini kita berada di revolusi 4.0, ketika masyarakat dunia fokus untuk mengejar revolusi industri 4.0, Jepang menyatakan diri mulai menerapkan society 5.0.
Baik industri 4.0 maupun society 5.0 keduanya dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitas kerja PR karena adanya unsur yang saling melengkapi.
Untuk menyikapi perubahan ini, seorang pakar PR dari Bandung bernama Nurlaela Arief menulis lengkap akan PR dalam masa ID dalam bukunya berjudul "Public Relations in the Era of Artificial Intelligence".
Dalam buku tersebut dikatakan kalau sepanjang tahun 2005-2015, jumlah rekrutmen untuk pekerjaan sebagai PR dan Jurnalis mengalami penurunan, sebesar 14%, digantikan dengan pekerjaan baru yang bernama Social media manager dan content creator, yang meningkat hingga 30%.
Namun masa depan profesi PR yang berfokus pada aspek manusia tetap masih diperlukan sampai dengan 5 atau bahkan 10 tahun kedepan.
Namun, praktisi PR perlu meningkatkan kemampuan dan praktik yang cukup banyak.
Perangkat yang telah tersedia untuk otomatisasi berbagai konten dan pengelolaan media sosial dapat dimanfaatkan dengan lebih maksimal.
Peran PR pada level dasar/entry-level mungkin menjadi yang pertama yang benar-benar menghilang dan tergantikan dengan AI.
Hal ini menjadi tantangan bagi para fresh graduate yang baru bergabung di industri PR.
PR professional perlu menemukan cara-cara baru yang dapat memberi nilai bagi perusahaan, klien atau stakeholder, dengan memanfaatkan platform dan perangkat baru serta mengembangkan value chain dari profesi PR dan komunikasi.
Baca Juga: Manfaat Rebusan Ketumbar: Efektif Kecilkan Lingkar Pinggang Secara Alami!
Keterampilan dasar PR dianggap paling terkait dan yang pertama kali digantikan oleh AI; sedangkan kemampuan dan atribut yang lebih spesifik dan strategis yang memberikan kualitas dan integritas akan lebih sulit untuk diotomatisasi dengan AI.
Menurut Ibu Nurlaela, diperlukan dialog yang lebih intensif, dengan kalangan akademisi, pemerintah, organisasi profesi untuk lebih lanjut mendiskusikan dampak yang lebih besar dari AI terhadap profesi PR.
Jadi, bila Moms mempunyai kerabat atau ponakan yang bercita-cita menjadi PR, lebih baik segera disiapkan dengan bekal utama yang dibutuhkan menjelang masa AI.
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR