"Bisa diganti oleh makanan lain," kata Nia. Menurut dia, tubuh setiap anak punya toleransi tersendiri terhadap susu formula.
Selain itu, pemberian susu formula kepada anak juga harus memerhatikan beberapa hal, di antaranya kebersihan media (botol/alat lain).
Yakni botol yang steril, suhu air panas yang digunakan, serta takaran jumlah susu dalam pembuatannya.
"Tidak semua anak bisa tolerance terhadap susu. Kalau anak tidak cocok nanti bisa diare. Kalau terlalu kental anak bisa konstipasti, kalau keenceran kurang gizi," ujar dia.
"Risiko gigi bolong karena manis. Risiko anak terkena diabetes meningkat. Angka obesitas pada anak juga bisa meningkat," lanjut Nia.
Nia memberikan beberapa tips yang bisa dilakukan sebagai dukungan upaya keberhasilan menyusui, yaitu:
1. Memberikan bantuan konselor kepada para ibu yang mengalami kesulitan menyusui.
2. Bayi yang dari awal memang menggunakan susu formula bisa tetap menggunakan susu formula dengan pengawasan tenaga kesehatan terlatih.
Pemberian dan penyiapan oleh tenaga kesehatan terlatih dengan syarat tersedia air bersih, peralatan memasak sanitasi terjamin untuk penyiapan/pencucian botol.
3. Khusus di lokasi bencana, memfasilitasi makanan pendamping ASI (MPASI) yang tergabung dengan dapur umum di lokasi bencana, khusus makanan lokal untuk bayi (di atas 6 bulan).
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Safira Dita |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR