Nakita.id- Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu tetapi juga merupakan hal yang paling mendebarkan.
Karena akan ada banyak hal yang terjadi selama persalinan.
Yang umum terjadi selama persalinan seperti kontraksi, nyeri, dan seringkali epidural.
Namun, ada juga beberapa peristiwa lain yang mungkin dapat terjadi, ada yang tidak berbahaya dan ada yang membutuhkan perawatan lebih.
Hal-hal tak terduga tersebut dapat terjadi secara tiba-tiba dan tanpa prediksi sebelumnya.
Apa saja ya, Moms?
1. Mual dan muntah
Ternyata, mual dan muntah bukan hanya karena morning sickness lo, Moms.
Mual dan muntah juga dapat terjadi selama persalinan, terutama selama tahap aktif persalinan dan ketika Moms mendorong bayi keluar.
Ketika Moms mendapatkan epidural, Moms dapat mengalami penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan muntah.
2. Buang air besar
Adalah umum bagi Moms untuk buang air besar selama persalinan dan itu sebenarnya berarti otot-otot yang tepat digunakan untuk mendorong Si Kecil keluar.
Epidural, yang membuat mati rasa pada bagian bawah tubuh dapat meningkatkan kemungkinan pergerakan usus yang tidak terkendali.
Jika Moms merasakan dorongan untuk buang air besar, silakan saja, tak usah malu.
Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa buang air besar selama persalinan dapat membantu Si Kecil terkena bakteri usus yang baik, yang dapat memiliki manfaat kesehatan jangka panjang lo, Moms.
Baca Juga: Ini Cara Mudah Buang Air Besar Menurut Ahli Kesehatan, Nomor 3 Tak Disangka
3. Persalinan yang lama
Fase persalinan yang berkepanjangan adalah ketika persalinan berlangsung lebih dari 20 jam untuk pertama kali melahirkan dan lebih dari 14 jam untuk yang pernah melahirkan sebelumnya.
Jika serviks lambat untuk meregang dan menipis, bersabarlah dan rileks, Moms.
Namun bila serviks tidak melebar secepat yang diharapkan, operasi caesar mungkin direkomendasikan untuk menghindari komplikasi.
4. Persalinan cepat
Selain persalinan yang lambat, Moms juga bisa melahirkan terlalu cepat, lo.
Persalinan cepat adalah ketika bayi keluar kurang dari 3 jam setelah kontraksi.
Kebanyakan Moms mungkin melihat persalinan cepat sebagai hal yang positif, tetapi ada sejumlah kekhawatiran jika persalinan cepat terjadi, lo.
Kekhawatiran utama adalah, kurangnya waktu untuk sampai ke rumah sakit guna menerima obat penghilang rasa sakit, melahirkan di lingkungan yang steril, dan berada di hadapan dokter.
Baca Juga: Ingin Persalinan Cepat dan lancar? Atur Waktu Tidur Yang Tepat
Masalah potensial lainnya termasuk peningkatan risiko robeknya serviks dan vagina, pendarahan dari rahim atau vagina, dan risiko infeksi pada bayi dari persalinan yang tidak steril.
5. Robeknya vagina
Ini cukup umum untuk perineum (daerah antara vagina dan anus) sobek saat persalinan jika lubang vagina tidak cukup lebar.
Sekitar 90% wanita mengalami robekan vagina selama persalinan.
Baca Juga: Apakah Moms Sebentar Lagi Akan Melahirkan? Ini Keuntungan Melahirkan Per Vaginam
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin harus melakukan episiotomi, yang merupakan sayatan bedah untuk memperbesar lubang vagina.
Jahitan akan membantu memperbaiki perineum yang robek.
6. Robek rektum
Moms juga bisa mengalami robek rektum saat mendorong Si Kecil keluar.
Untungnya, ini adalah robekan vagina yang paling jarang terjadi selama persalinan normal.
Salah satu cara untuk mengurangi robekan ke dalam rektum adalah dengan mengompres hangat ke perineum selama fase persalinan.
Sering memijat pangkal vagina dengan minyak atau pelumas berbahan dasar air dianggap melembutkan jaringan sehingga membuatnya lebih kenyal, meningkatkan fleksibilitas, dan mencegah robek rektum.
Baca Juga: Pria Asal Belanda Dioperasi, Setelah Dokter Temukan 15 Telur di Rektumnya
7. Retensi plasenta
Pengeluaran plasenta sering terjadi dengan sendirinya dalam 30 menit pertama setelah melahirkan karena plasenta terpisah dari dinding rahim dan didorong keluar dengan kontraksi.
Jika tidak terjadi secara otomatis, hal ini disebut retensi plasenta.
Beberapa penyebab retensi plasenta termasuk kontraksi yang lemah, serviks menutup sebelum dikeluarkan, atau plasenta menempel pada dinding otot rahim.
Baca Juga: Perkembangan Janin Bulan 9 : Waspadai Lepasnya Plasenta dari Dinding Rahim
Obat-obatan akan membantu mengendurkan rahim.
Gejala retensi plasenta sendiri termasuk demam, pendarahan berat, atau rasa sakit yang konstan.
Sebagai upaya terakhir, pembedahan mungkin diperlukan untuk mengeluarkan plasenta.
Kondisi ini dapat mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan benar.
Source | : | parents.com |
Penulis | : | Puput Sarintiya |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR