Nakita.id - Susu formula berbasis kedelai ditemukan sejak seabad terakhir, Moms.
Pada awalnya susu formula kedelai dikembangkan sebagai alternatif untuk bayi yang tidak toleran atau alergi terhadap susu formula sapi.
Selain itu susu yang pertama kali dibuat menggunakan tepung kedelai ini juga berguna untuk memenuhi beberapa kebutuhan nutrisi Si Kecil yang tidak terpenuhi dari ASI.
Tak hanya kandungan proteinnya yang tinggi, susu formula kedelai juga mengandung bahan-bahan non-protein lainnya seperti karbohidrat dan serat kedelai.
Baca Juga: Turunkan Kolesterol Tinggi Dengan Konsumsi Susu Kedelai Bernutrisi
Formula kedelai umumnya direkomendasikan oleh dokter anak untuk bayi dengan beberapa kondisi ini:
1. Galaktosaemia: Kelainan genetik langka di mana tubuh tidak dapat memetabolisme galaktosa, suatu bentuk gula sederhana.
Karena laktosa dalam ASI dan susu sapi dipecah menjadi glukosa dan galaktosa, susu formula kedelai adalah alternatif untuk bayi dengan galaktosaemia karena tidak mengandung laktosa.
2. Intoleransi laktosa: Ketidakmampuan untuk memetabolisme laktosa karena kurangnya enzim laktase.
Ini adalah tiga bentuk intoleransi laktosa yang biasanya terjadi pada bayi:
Pertama, Intoleransi Laktase Herediter, di mana bayi tidak dapat memetabolisme laktosa sama sekali sejak lahir.
Kedua, Intoleransi Laktosa Transien / Sekunder, karena cedera usus kecil (misalnya gastroenteritis akut).
Terakhir, perkembangan intoleransi laktosa pada bayi prematur.
Baca Juga: Rutin Minum Susu Kedelai Bikin Cantik dan Bahagia, Ini Manfaat Lainnya
Sementara itu, intoleransi laktosa primer, yang paling umum, bermanifestasi di kemudian hari (akhir masa kanak-kanak hingga dewasa).
3. Alergi protein susu sapi (CMPA): Formula kedelai hanya diindikasikan untuk bayi dengan CMPA yang berusia 6 bulan atau lebih, dan dipastikan bebas dari alergi kedelai.
4. Diet vegan:Orang tua yang lebih suka membesarkan bayi mereka sebagai vegan / vegetarian, di mana ibu yang tidak menyusui dapat memilih susu formula kedelai sebagai pengganti ASI.
Ada beberapa yang berpendapat bahwa isoflavon, sejenis fitokimia dalam kedelai dengan struktur yang mirip dengan hormon estrogen, mungkin memiliki efek pada perkembangan bayi.
Penelitian pada hewan dan manusia saat ini mengenai formula kedelai modern belum menemukan bukti konklusif tentang efek buruk pada pertumbuhan, perkembangan, atau reproduksi manusia.
Untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan, susu sapi adalah sumber protein, lemak, dan karbohidrat yang lebih lengkap dan seimbang, dibandingkan dengan susu nabati.
Baca Juga: Selain Diminum, Ini Manfaat Lain Susu Kedelai Bagi Kecantikan yang Moms Harus Tahu!
Namun, susu kedelai adalah yang paling sebanding dengan susu sapi dalam hal keseimbangan gizi secara keseluruhan, dengan kandungan protein tertinggi dibandingkan dengan alternatif lain (misalnya Almond, beras, kelapa, dll).
Sayangnya, ada beberapa kondisi yang membuat dokter anak tidak merekomendasikan susu formula kedelai diberikan.
Pada bayi prematur misalnya, formula kedelai tidak cocok untuk bayi prematur karena tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi spesifik yang mereka butuhkan.
Selain itu tidak ada bukti manfaat formula kedelai pula bagi bayi yang mengalami kolik.
Bayi dengan radang saluran pencernaan (enterokolitis) atau penyakit (enteropati) karena CMPA juga tidak disarankan mengonsumsi susu formula berbasis kedelai.
Mereka harus diberikan formula yang dihidrolisis secara ekstensif atau formula asam amino.
Baca Juga: Susu Kedelai Buatan Sendiri Versus Proses Pabrik, Lebih Bagus Mana?
Meski susu kedelai sangat banyak manfaatnya, Moms perlu tahu bahwa ASI tetap menjadi sumber nutrisi terbaik untuk bayi.
Bayi harus disusui secara eksklusif selama 6 bulan dan untuk melanjutkan menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI hingga 2 tahun.
Jika Moms mencurigai bahwa Si Kecil mengalami kondisi seperti CMPA, konsultasikan dengan dokter Moms karena ia akan membantu Moms menentukan langkah selanjutnya untuk Si Kecil dan diri Moms sebagai seorang ibu.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | mypositiveparenting |
Penulis | : | Nur Marufah Saniati |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR