Nakita.id - Di zaman yang serba canggih saat ini, banyak orang mengabaikan permainan tradisional yang mungkin terakhir dimainkan oleh generasi 90-an.
Padahal tak bisa dipungkiri bila permainan tradisional untuk anak-anak memiliki berbagai manfaat bagi tumbuh kembangnya.
Baca Juga: Kenalkan Permainan Tradisional Pada Si Kecil Zaman Now, Kak Seto: Gawai Membuat Anak Jadi Egois
Melansir dari Kompas.com, menurut Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal Regional I Direktorat Jenderal Pendidikan Non-formal dan Informal Regional Departemen Pendidikan Nasional Haris Iskandar, Senin (15/12) di Bandung.
Menurut Haris, pihaknya berhasil menginden tifikasian 43 jenis permainan tradisional di Jawa Barat.
Umumnya permainan dilakukan anak usia 6-12 tahun dan hanya 22 jenis permainan bagi anak 4-6 tahun.
Selain itu, penelitian yang dilakukan Komunitas Mainan Rakyat Jawa Barat, Hong, berhasil mengidentifikasikan 186 jenis permainan, khususnya daerah selatan dan tengah Jabar.
Semuanya mengandung unsur filosofis tinggi tapi sangat disayangkan karena permainan tradisional mulai dilupakan.
Beberapa jenis permainan tradisional itu adalah cinciripit, galah bandung, dan bebentengan.
Haris mengatakan dengan permainan tradisional anak-anak bisa mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Baca Juga: Hati-hati 3 Dampak Buruk Ini Akan Serang Anak Jika Sering Main Games
Selain itu, permainan tradisional bisa juga dapat mengembangkan aspek peng embangan moral, nilai agama, sosial, bahasa, dan fungsi motorik. Contohnya permainan congklak.
Selain belajar mengelompokan benda berdasarkan bentuk atau membedakan besar kecil, permainan yang dimainkan dua orang ini juga mengajarkan anak aspek sosial, emosional, dan moral agama yang tinggi, katanya.
Baca Juga: Berapa Lama Waktu yang Bisa Digunakan untuk Bermain Bersama Si Kecil? Simak Jawabannya
Oleh karena itu ia memandang, permainan tradisional bisa menjadi sarana yang baik dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini.
Salah satu yang ut ama mamapu memberikan unsur pendidikan pada anak dengan biaya murah dan hasil yang memusakan.
Hal yang sama dikatakan Rudi Corens dari Museum Anak Kolong Tangga Yogyakarta.
Menurutnya, permainan tradisional di Indonesia pada dasarnya hanya sedikit yang menitikberatkan sekadar unsur relaksasi.
Kebanyakan, permainan justru diarahkan sebagai aspek persiapan anak untuk mempersiapkan kehidupan selanjutnya.
Banyak hal yang terkandung dala permainan tradisional seperti panutan hidup.
Materi, proses, dan fungsi yang dimiliki maninan tradisional juga merupakan media yang tepat untuk belajar.
Lewat permainan tradisional, tidak perlu paksaan. Anak bisa bermain ceria.
Setelah permainan usai, tanpa mereka sadari ada bekal yang didapatnya, ujar Rudi.
Baca Juga: Tak Disangka! Permainan Petak Umpet dapat Tingkatkan Kemampuan Sosial Anak
Menurut Mohammad Zaini Alif dari Komunitas Hong , ada banyak hal yang bisa diambil dari mainan tradisional.
Permainan tradisional memberikan pembelajaran kepada anak mengenai pentingnya menjaga lingkungan, menghormati sesama, hingga cinta kepada Tuhan.
Contohnya adalah permainan Sunda seperti jajangkungan, hatong , celempung, dan kolecer.
Mainan tradisional juga dekat dengan alam dan memberikan kontribusi bagi pengembangan pribadi anak.
Permainan tradisional yang bisa dibuat sendiri melatih kreativitas dan tanggung jawab anak.
Selain itu, dalam sebuah jurnal yang berjudul 'Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Anak Tradisional' karya Haerani Nur dari FP Universitas Negeri Makassar, berikut 8 manfaat permainan tradisional pada anak.
Baca Juga: Permainan Untuk Merangsang Kepintaran Anak
Permainan tradisional dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Aspek motorik
Aspek ini dapat melatih daya tahan, daya lentur, sensorimotorik, motorik kasar, dan motorik halus.
2. Aspek kognitif
Mampu mengembangkan imaginasi, kreativitas, problem solving, strategi, kemampuan antisipatif, dan pemahaman kontekstual.
Baca Juga: Mainan yang Membuat Anak Cerdas: Ini Alasan Kenapa Si Kecil Harus Bermain dengan Blok
3. Aspek emosi
Aspek ini mampu menjadi media katarsis emosional, dapat mengasah empati dan pengendalian diri.
4. Aspek bahasa
Berupa pemahaman tentang konsep-konsep nilai.
5. Aspek sosial
Mampu mengkondisikan anak agar dapat menjalin relasi, bekerjasama, dan melatih kematangan sosial dengan teman sebayanya.
Aspek ini juga dapat meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi dengan berlatih peran bersama orang yang lebih dewasa atau masyarakat secara umum.
6. Aspek spiritual
Aspek ini dapat membawa anak untuk menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat Agung (transcendental).
Baca Juga: Tahukah Moms, Tantangan Terbesar Awasi Tumbuh Kembang Anak Pada Usia 1-5 Tahun Lho!
7. Aspek ekologis
Tujuannya agar memfasilitasi anak untuk dapat memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana.
8. Aspek nilai-nilai/moral
Aspek ini memfasilitasi anak untuk dapat menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya.
Nah, karena manfaatnya sangat banyak, orangtua diharap mampu ikut serta berperan dalam permainan anak tradisional ini.
Contohnya orangtua mulai harus menyadari bahwa saat ini banyak sekali bahaya yang mengintai anak, salah satunya adalah penggunaan teknologi seperti TV, ponsel pintar, internet, dan games digital.
Oleh karena itu, pengawasan orangtua sangat diperlukan.
Orangtua harus menyadari perannya sebagai pelindunng, pendidik, dan penanggungjawab terhadap anak di dunia dan di akhirat.
Maka orangtua harus meluangkan waktunya untuk anak, menjadi sahabat bagi anak dengan perhatian dan kasih sayangnya, membekali anak dengan pengetahuan keagamaan, serta menjadi teladan bagi anak dalam bersikap dan beperilaku.
Rayakan Hari Ibu dengan Kenyamanan di Senyaman, Studio Yoga dan Meditasi Khusus Wanita Berdesain Modern serta Estetik
Source | : | Kompas.com,Nakita.id |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR