Nakita.id – Munculnya emosi, senang, sedih dan amarah dalam hubungan rumah tangga adalah hal yang wajar.
Terkadang, karena rasa amarah yang memuncak atau karena telah lama dipendam, tanpa sadar Moms atau mungkin Dads menggunakan nada tinggi bahkan hingga berteriak.
Dads mungkin akan bisa sedikit memaklumi Moms ketika emosi hingga berteriak, namun saat keadaan kembali normal mungkin apa yang telah Moms lakukan menyakiti hati Dads, dan perselisihan berlanjut.
Berteriak dapat merusak hubungan.
Biasanya orang yang berteriak memiliki tujuan untuk mendapatkan keunggulan dalam situasi tertentu dan teriakan adalah cara mereka untuk memeroleh kendali atas situasi tersebut.
Berteriak ketika berdebat akan menghancurkan komunikasi yang sehat dan kedekatan hubungan.
Saat Moms marah kemudian berteriak, ada berbagai alasan mengapa hal itu dilakukan.
Yang paling sering berteriak mengindikasikan masalah dalam jiwa orang tersebut.
Berteriak adalah cerminan ketidakstabilan emosional seseorang, meski teriakan dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan dan dominasi.
Alasan pertama adalah keterampilan mengatasi emosi yang buruk.
Baca juga: Yakinlah, Lewat Cara Mudah ini, Suami Bisa Menjadi Pendengar yang Baik
Banyak orang berteriak karena mereka sulit untuk mendinginkan kepala dalam situasi tertentu.
Jika Moms mengalami hal itu, bantulah ia untuk menemukan cara yang lebih baik dalam mengatur emosi.
Ledakan emosional ini mungkin digunakan oleh seseorang untuk mengatasi masalah dalam kehidupan mereka.
Jika itu terus dilakukan, makan tidak baik untuk masa yang akan datang.
Kedua, seorang yeller kerap kehilangan kendali atas situasi.
Moms yang suka berteriak mungkin sedang terbebani oleh pikiran , perasaan, dan emosi namun kehilangan kendali atas atas semua hal sekaligus.
Tentu tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan saling membentak.
Yang bisa Dads lakukan adalah tetap berusaha memegang kendali atas emosi Dads dan tidak terbawa suasana untuk ikut membentak dan berteriak.
Ketiga, berteriak sebagai usaha untuk melindungi diri.
Orang yang berteriak biasanya merupakan orang yang memiliki emosi sensitif.
Kapanpun mereka merasa terancam, mereka akan bereaksi dengan melindungi diri.
Berteriak adalah salah satu alat perlindungan.
Keempat, kecenderungan agresif.
Dads mungkin kerap melihat bahwa pertengkaran dan perselisihan kerap diawali dengan saling membentak.
Jika Moms mulai membentak Dads, jangan sampai teriakan itu menyebabkan konfrontasi fisik.
Jangan bereaksi secara agresif pada orang yang juga memiliki kecenderungan agresif.
Ini layaknya menuangkan minyak pada bara api, hanya akan menimbulkan masalah yang lebih besar.
Baca Juga: Ternyata, Kebiasaan ini Berisiko Besar Sebabkan Munculnya Kanker Hati
Kelima, perilaku belajar.
Beberapa orang suka menggerutu mungkin saja karena mereka tumbuh dalam keluarga di mana orangtua suka membentak.
Orang yang tumbuh dalam kondisi keluarga seperti itu kemudian mempelajari perilaku tersebut untuk mengatasi masalah.
Akibatnya, berteriak selalu menjadi reaksi mereka terhadap kekacauan.
Keenam, merasa terabaikan.
Moms suka membentak saat marah mungkin karena merasa orang lain tidak mendengarkannya.
Hal ini juga kerap terjadi saat Moms mengurus si kecil.
Moms atau bahkan mungkin Dads merasa bahwa anak-anak tidak mau mendengar perintah yang diberikan, karena kesal mengulangi dan mengingatkan si kecil, Moms atau Dads malah membentak.
Jika Moms kerap membentak di rumah, coba berikan waktu luang untuknya agar pikiran lebih jernih dan dingin.
(Fairiza Insani/Nakita.id)
Sumber: https://www.lifehack.org/627394/the-best-way-to-react-when-someone-is-shouting-at-you-in-anger
Source | : | LifeHack |
Penulis | : | Fairiza Insani Zatika |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR