Nakita.id – Frekuensi buang air besar bayi pasti masih jadi kebingungan bagi orangtua, terutama orangtua baru.
Mulai dari bentuk tinja yang mungkin tidak biasa serta frekuensi bayi buang air besar.
Frekuensi buang air besar pada bayi salah satunya dipengaruhi karena kerja usus dan intensitas pemberian ASI.
Moms tidak perlu khawatir jika terjadi perubahan pola.
Si kecil akan memiliki jadwal rutin buang air besar ketika berusia 3 minggu.
Baca Juga: Jangan Sampai Bingung Lagi, Ini Frekuensi Buang Air Besar Bayi yang Perlu Moms Pahami
Setelah itu, ia akan terbiasa punya jadwal 3 hingga 4 kali dalam sehari.
Namun, Moms perlu waspada jika si Kecil selalu rewel ketika buang air besar.
Hal tersebut bisa jadi gejala ada ketidaknyamanan dengan sistem pencernaannya.
Selain seberapa sering bayi buang air besar, Moms juga harus memahami perubahan tinja yang terjadi akibat perbedaan asupan makanan yang diberikan.
Ketika bayi sudah mendapatkan makanan dengan kandungan zat besi biasanya tinja berwarna kehijauan dan kehitaman.
Hal ini sangat normal terjadi jika bayi diberikan asupan zat besi.
Selain itu, bayi yang sudah mulai mengonsumsi makanan padat akan mengeluarkan tinja yang berwarna coklat tua, bertekstur seperti selai kacang dan memiliki bau yang sangat menyengat.
Namun apabila dirasa frekuensi buang air besar bayi lebih sering, Moms harus memeriksakan ke dokter.
Bukan tanpa alasan, bayi lebih sering mengalami diare karena penyesuain saluran pencernaannya.
Baca Juga: Frekuensi Buang Air Besar Bayi Perlu Diwaspadai Ketika Mengeluarkan Warna Ini, Jangan Diabaikan!
Dilansir dari medicinenet.com yang dilansir Nakita.id, diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dari frekuensi normal.
Anak dikatakan diare jika ia buang air besar (BAB) lebih dari empat kali dalam kurun waktu 24 jam atau satu kali dengan BAB encer dan menyembur (mencret).
Warna BAB tidak menjadi patokan, bisa kuning, hijau, putih, atau hitam.
Diare pada anak bisa disebabkan oleh rotavirus, bakteri, atau bahan yang tidak dibutuhkan tubuh.
Namun kebanyakan karena rotavirus yang masuk lewat mulut (dari dot, empeng, alat makan, air minum, makanan yang tidak bersih atau tangan dan mainan anak yang kotor).
Moms boleh khawatir, namun tidak boleh gegabah dalam bertindak saat anak mengalami diare.
Pastikan selama diare berlangsung, perbanyak asupan ASI (jika si Kecil masih minum ASI) atau cairan lain dan makanan.
Bila anak minum susu formula, untuk sementara ganti dengan sufor rendah atau tanpa laktosa.
Berikan larutan gula-garam oralit Hindari buah-buahan, kecuali pisang.
Tidak dianjurkan menggunakan obat, baik tradisional maupun modern, untuk memampatkan.
Pasalnya, tubuh memiliki mekanisme tangguh dalam melawan penyakit.
Nah, mencret adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan penyakit atau hal lain yang tidak dibutuhkan tubuh.
Segera ajak Si Kecil untuk berkonsultasi ke dokter bila ia menunjukkan tanda-tanda berikut: lesu, tidak ceria, rewel, tidak nafsu makan/minum, mengeluh sakit terutama sekitar perut, BAB cair dan menyembur, feses berlendir atau berdarah, BAB tak kunjung normal.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | New Kids Center,Nakita.id |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR