Nakita.id - Kini banyak peneliti dari belahan dunia berlomba-lomba untuk menemukan vaksin penangkal Covid-19.
Ternyata peneliti di Indonesia tak mau tinggal diam, Moms.
Kelompok peneliti dari Universitas Airlangga (UNAIR) membuat mengakuan yang bisa bikin masyarakat Indonesia sedikit lega.
Bagaimana tidak, disebutkan mereka telah menemukan lima senyawa yang diduga bisa menjadi obat penangkal dari virus corona.
Bahkan disebut senyawa tersebut memiliki ikatan yang lebih kuat ketimbang obat yang saat ini digunakan yaitu Avigan dan Cloroquine.
Sebelum diproduksi sebagai obat, kelima senyawa tersebut masih harus menempuh dua tahap lagi, yakni uji klinis dan uji keefektifitasan.
Dijelaskan oleh Ketua Pusat Riset Rekayasa Hayati UNAIR, Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih, bahwa peneliti UNAIR terlebih dahulu berkomunikasi dengan peneliti dari Shanghai Technology University tentang protein yang ada di Covid-19.
Selanjutnya, peneliti UNAIR meminta izin untuk menggunakan struktur protein tersebut agar bisa disintesis lalu diuji coba untuk mencari obat penangkalnya.
"Kami lakukan sejak awal Februari, alhamdulilah dari 132 senyawa yang dilakukan dalam penelitian ini, kami mendapatkan 5 senyawa tunggal yang aktif yang memberikan ikatan terhadap main proteins yang ditemkan oleh Shanghai Technology University di China," ungkapnya.
Lebih lanjut, Prof Ni Nyoman menjelaskan jika peneliti juga membandingkan senyawa tersebut dengan obat-obat yang saat ini digunakan untuk menyembuhkan pasien Covid-19.
"Ke lima senyawa ini ternyata energi ikatannya lebih kuat, negatifnya lebih tinggi dibandingkan (obat) yang telah digunakan selama ini," ujarnya.
Lalu, kapan obat dari senyawa tersebut bisa diproduksi massal?
Sebelum dijadikan obat, senyawa ini terlebih dahulu akan dipublikasikan secara ilmiah di mata dunia karena itu merupakan senyawa baru yang ditemukan oleh peneliti Indonesia.
Baru setelah mendapatkan berbagai masukan dari peneliti dunia atau Indonesia, pihak ahli UNAIR itu akan menguji tantang lima senyawa tersebut ke pasien Indonesia.
Setelahnya, presenter pun bertanya, kapan kiranya berapa waktu yang dibuthkan peneliti hingga senyawa tersebut bisa dibuat obat dan bisa diproduksi massal.
Prof Ni Nyoman menjelaskan bahwa ia tak bisa memastikan kapan senyawa tersebut bisa diproduksi menjadi obat.
Pasalnya, masih ada langkah-langkah uji coba yang harus dilakukan hingga memastikan apakah senyawa ini bisa dijadikan obat penangkal Covid-19 atau tidak.
"Nah memastikan ini (selesai) berapa lama, setahun kah, dua tahunkah, saya tidak menjamin, tapi kita pasti akan melakukan uji tantang ini, mudah-mudahan dalam satu tahun ke depan bisa kelihatan apakah ini (senyawa) bisa jadi obat yang lebih baik dari yang telah beredar," ungkapnya.
Kita doakan saja semoga penelitian yang dilakukan oleh ahli Indonesia itu bisa berjalan lancar ya, Moms.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR