Nakita.id - Moms alergi makanan pada anak sering terjadi.
Jadi wajar saja Moms bertanya-tanya tentang potensi alergi terhadap Si Kecil.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention’s National Health, prevalensi alergi makanan pada anak di bawah 18 tahun, meningkat dari 3,4% menjadi 5,1% antara 1997 dan 2011.
Moms mungkin merasa setiap anak di sekolah Si Kecil punya alergi, atau mungkin dalam keluarga ada pula yang mengalami kondisi serius ini.
BACA JUGA: Ahli Diet: Tak Perlu Menghindari Karbohidrat di Malam Hari !
Reaksi terhadap makanan bisa serius, jadi penting untuk mengetahui fakta dan apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi risiko terjadi alergi pada Si Kecil.
Alergi makanan paling tinggi pada bayi dan balita dan jauh lebih jarang pada orang dewasa daripada anak-anak.
Karena, perbedaan respons imun bayi dan anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa berbeda.
Pada umumnya, reaksi alergi makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang protein makanan yang keliru sebagai ancaman bagi tubuh.
Gejala itu mungkin termasuk gatal atau pembengkakan pada mulut, tenggorokan, wajah atau kulit, kesulitan bernapas, dan sakit perut, diare, mual atau muntah.
BACA JUGA: Dianggap Steril, Benda Ini Justru Jadi Pemicu Alergi Pada Anak Menurut Riset
Alergi makanan yang parah itu juga bisa mengancam jiwa.
Untuk mengonfirmasi alergi makanan dan menghindari pembatasan jenis makanan yang tidak perlu, diagnosis harus dilakukan oleh dokter.
Moms tidak harus mendiagnosis diri sendiri atau Si Kecil dengan alergi makanan.
Satu-satunya cara untuk mencegah reaksi alergi makanan adalah dengan sepenuhnya menghindari makanan dan produk apa pun yang mungkin mengandungnya sebagai bahan.
Source | : | eat right |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR