Seperti diutarakan Damayanti, dalam anjuran WHO mengatakan, jika bayi yang mengalami penurunan berat badan usia 4 bulan atau lebih, bisa diberikan pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Untuk bayi di bawah 4 bulan bisa dengan susu formula khusus.
Pemberian susu formula khusus ini pun perlu sebagai program terapi bilamana memang anak sudah mengalami ketertinggalan berat badan, apalagi sampai stunting, atau gizi kurang atau buruk.
“Seperti di Asmat. Jika memang benar ingin mengatasi gizi kurang, gizi buruk, stunting di sana, papua umumnya, bukan biskuit solusinya. Berikan mereka susu. Setelah teratasi masalah gizinya, baru berikan kepada mereka gizi dari pangan lokal.” Ungkap Damayanti.
Oleh karenanyalah, Damayanti berpendapat susu formula khusus ini, yang digunakan untuk terapi, sebaiknya masuk dalam program BPJS.
Dengan bahasa lain, susu formula khusus ini menjadi tanggungan pemerintah untuk anak-anak Indonesia yang membutuhkan.
BACA JUGA: Dekat dengan Marshanda, Pria Ini Cerdas Pendidikannya Master dari Amerika
Kenapa susu formula khusus? Karena stunting, gizi kurang, gizi buruk akar pemasalahannya kurangnya asupan protein, khususnya protein hewani.
“Dari hasil penelitian yang pernah saya lakukan terhadap pola makan anak stunting, yang membedakan anak stunting dan tidak adalah kecukupan protein hewaninya. Anak yang cukup mengonsumsi protein hewani tidak stunting.”
Diantara protein hewani, jelas Damayanti, protein susu berperan. Jadi protein hewani dan susu sama baik untuk mencegah dan mengatasi stunting.
BACA JUGA: Tak Mau Lakukan Maternity Shoot, Pria Ini Gantikan Istrinya & Hasilnya Keren!
Masih Banyak yang Keliru, Begini Cara Tepat Melakukan Toilet Training pada Anak
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR