Nakita.id.- Suasana temaram memang romantis ya, Moms. Apalagi jika sedang dinner dengan Dads.
Tapi hati-hati, jangan terlalu sering berada dalam suasana dengan lampu remang-remang alias redup, ya, Moms dan Dads.
Sebabnya, menuurut sekelompok peneliti yang merupakan para ahli saraf di Michigan State University telah mengumumkan hal yang cukup mengejutkan.
Mereka menyimpulkan, menghabiskan terlalu banyak waktu di ruangan atau kamar yang remang-remang dapat mengubah konstruksi otak, mengarah pada mengecilkan volume otak, yang dapat menyebabkan kerusakan pada kapasitas untuk belajar dan mengingat.
Hasil penelitian ini telah dimuat dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Science Daily pada Maret 2018.
BACA JUGA: Moms Suka Tidur Malam dengan Lampu Menyala? Ini Bahayanya...
Untuk penelitian ini, para peneliti telah memisahkan sekelompok tikus rumput Nil menjadi dua.
Asal Moms tahu, tikus-tikus itu hidupnya seperti manusia yang diurnal. Artinya siang hari bekerja dan tidur di malam hari.
Sepanjang penelitian, kelompok pertama menghabiskan empat minggu di lingkungan yang remang-remang.
Sementara, kelompok kedua terkena cahaya yang sangat terang untuk durasi yang sama.
Setelah empat minggu, para ilmuwan menemukan bahwa tikus yang terkena cahaya remang-remang kehilangan sekitar 30% kapasitas di hippocampus.
Ini merupakan bagian/wilayah otak untuk belajar dan memori. Akibatnya, kinerja tikus jadi buruk, terutama pada tugas spasial yang telah dilatih sebelumnya.
Kelompok kedua, bagaimanapun, menunjukkan peningkatan yang signifikan pada tugas spasial.
Namun, begitu kelompok tidak beruntung (kelompok pertama) yang kehilangan 30% dari kapasitas pembelajaran dan memori mereka, setelah ditempatkan di lingkungan yang terang, mereka pulih sepenuhnya setelah satu bulan.
BACA JUGA: Hasil Riset: Waspada, Depresi Ternyata Gen Yang Bisa Diwariskan!
Studi yang didanai oleh National Institutes of Health, adalah yang pertama menunjukkan bahwa perubahan dalam cahaya lingkungan dalam rentang yang biasanya dialami oleh manusia, mengarah ke perubahan struktural di otak.
Para ilmuwan juga menemukan bahwa cahaya tidak mempengaruhi hippocampus secara langsung, yang berarti pertama kali berinteraksi dengan mata dan kemudian ke otak.
"Untuk orang-orang dengan penyakit mata yang tidak menerima banyak cahaya, dapatkah kita memanipulasi kelompok neuron ini secara langsung di otak, melewati mata, dan memberi mereka manfaat yang sama dari paparan cahaya terang?" Lily Yan, profesor psikologi dan peneliti utama dalam proyek itu, mengutip pertanyaan yang masuk.
Jawabannya adalah, "Mereka yang menderita gangguan mata, pada saat menerima cahaya yang redup, ternyata fungsi kognitifnya tidak mengalami perubahan. Kecuali mereka yang memang menua dan mereka dengan gangguan neurologis."
Pertanyaan lain, bagaimana dengan cahaya kamar yang redup yang menurut banyak penelitian malah membantu kita tidur lebih lelap?
Yan menjawab, kondisi tidur adalah berbeda, karena tidur berada dalam posisi mata tertutup.
BACA JUGA: Rahasia Tetap Langsing Ibu Negara AS Melania Trump: Makan Cokelat dan Fastfood!
"Ruangan yang gelap di kamar tidur jelas membantu kita tidur lelap, dan perlu diingat bahwa hormon-hormon terutama melatonin, bekerja pada situasi yang gelap."
Hormon melatonin ini sangat berkaitan erat terhadap kemampuan tubuh dalam menjaga kekebalannya.
Dengan tidur dalam ruangan minim lampu maka akan membantu tubuh mengeluarkan hormon ini. (*)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | The Daily Sabah |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR