Nakita.id.- Para peneliti di Klinik Mayo di Minnesota Amerika Serikat belum lama ini melansir hasil temuan mereka, dikutip dari The New York Times (26/04/2018)
Hasilnya, orang dengan berat badan "normal", namun memiliki pinggang lebar lebih berisiko mengalami masalah jantung daripada orang gemuk, demikian kata para peneliti.
Mereka mendesak otoritas kesehatan pemerintah AS untuk memikirkan kembali pedoman berat badan yang sehat.
BACA JUGA: Dibully Karena Gemuk, Dia Berhasil Pangkas 42 Kg Hanya 6 Bulan!
Desakan itu muncul karena asumsi berikut. Yaitu bagaimana lemak didistribusikan pada tubuh seseorang menentukan risiko penyakit.
Dengan kata lain, sebanyak berapa banyak lemak yang mereka miliki secara keseluruhan, menurut penyelidikan terhadap hampir 1.700 orang berusia 45 dan lebih, akan memunculkan masalah kesehatan.
Bahkan orang-orang yang tidak diklasifikasikan kelebihan berat badan pada Body Mass Index (BMI) atau Indeks Masaa Tubuh, perlu khawatir jika mereka memiliki bentuk "apel" dengan pinggang lebih lebar dari pinggul mereka, kata pemimpin penelitian Jose Medina-Inojosa.
Kelebihan lemak di sekitar perut (bagian tengah) ini disebut obesitas sentral.
BACA JUGA: Astaga, Tertangkap Mencuri Onderdil, Anak Yatim Piatu Dihukum Disiram Oli Bekas!
"Pedoman saat ini tidak merekomendasikan mengukur obesitas sentral pada mereka dengan berat badan normal karena mereka mengklaim tidak ada eksposur risiko," kata Medina-Inojosa kepada reporter The New York Times.
"Padahal Kami menemukan risiko yang lebih besar bagi mereka dengan berat badan normal tapi pinggangnya lebar yang disebut obesitas sentral."
Peserta penelitian adalah 1.692 penduduk Olmsted County, Minnesota, memiliki berat badan, tinggi badan, dan lingkar pinggang dan pinggul yang diukur antara tahun 1997 dan 2000.
Mereka dipantau hingga 2016 untuk penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.
Peserta dengan BMI normal tetapi obesitas sentral memiliki risiko penyakit jangka panjang dua kali lipat lebih tinggi daripada peserta berbentuk buah pir yang secara teknis memang dinyatakan obesitas.
BACA JUGA: Tak Sungkan Lakukan ini Pada Asistennya, Ashanty Banjir Pujian
BMI adalah rasio dari tinggi ke berat yang digunakan untuk membagi orang ke dalam kategori rendah atau berisiko tinggi untuk mengembangkan penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2 atau kanker tertentu.
Seseorang dengan BMI 25 atau lebih dianggap kelebihan berat badan, dan 30 atau lebih masuk kategori gemuk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendefinisikan "obesitas perut" sebagai rasio lingkar pinggang dibagi dengan lingkar pinggul 0,9 atau lebih tinggi untuk pria, dan 0,85 atau lebih tinggi untuk wanita, atau BMI 30 atau lebih.
Data baru menunjukkan bahwa orang dengan BMI "normal" 18,5 hingga 24,9 tidak boleh secara otomatis dianggap berisiko rendah penyakit jantung, kata Medina-Inojosa.
"Jika Anda memiliki lemak di sekitar perut Anda dan itu lebih besar dari ukuran pinggul Anda, kunjungi dokter Anda untuk menilai kesehatan jantung dan distribusi lemak Anda," katanya.
"Jika Anda memiliki obesitas sentral, targetnya adalah kehilangan pinggang daripada penurunan berat badan."
Data terbaru ini sekaligus kritikan terhadap para penyelia kesehatan yang masih menggunakan BMI "lama" dalam pedoman berat badan yang sehat.
BACA JUGA: Polwan Ini Bikin Warganet Salah Fokus di Acara Ijab Kabul Briptu Nova Via Video Call!
Untuk membuka mata publik tentang bahaya obesitas sentral atau obesitas perut, Medina-Inojosa akan mempresentasikan temuan lembaganya pada konggres European Society of Cardiology di Ljubljana, Slovenia, bulan Mei mendatang. (*)
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Source | : | The New York Times |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR