Bahkan Shigeru Omi pakar virus corona di pemerintahan Jepang sendiri, mengaku "tidak ada yang tahu" apakah jumlah kasus virus corona di Jepang sebenarnya "bisa 10 kali, 12 kali, atau 20 kali lebih banyak dari yang dilaporkan."
Ryuji Koike asisten direktur Rumah Sakit Universitas Medis dan Kedokteran Gigi Tokyo mengatakan kepada AFP, sementara Jepang memiliki tingkat kematian dan infeksi yang lebih rendah dari banyak negara, "bukan berarti kita baik-baik saja."
Ia menambahkan, "Saya tidak berpikir (penurunan kasus) disebabkan oleh kebijakan pemerintah. Saya pikir sepertinya Jepang baik-baik saja berkat hal-hal yang tidak dapat diukur, hal-hal seperti kebiasaan sehari-hari dan perilaku orang Jepang" - seperti menjaga kebersihan dan tidak berjabat tangan.
Namun Kazuto Suzuki profesor kebijakan publik di Universitas Hokkaido mengatakan, strategi Jepang dalam melacak kelompok dan hanya menguji orang dengan gejala akut terbukti cukup untuk jumlah kasus yang relatif rendah.
"Uji, uji, uji, bukan strategi Jepang," katanya dikutip dari AFP Kamis (14/5/2020).
Dengan rasio kasus positif dan pengujian sekitar 7,5 persen, "pengujian sudah cukup," katanya.
Akan tetapi ia memperingatkan, "Jika ada wabah eksponensial lagi, kita perlu melakukan lebih banyak pengujian."
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | kompas |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR