Nakita.id - Di masa pandemi Covid-19, masyarakat tetap diharuskan melakukan PHBS (pola hidup bersoh dan sehat).
Tak hanya menjaga kebersihan, masyarakat juga diminta untuk tetap berolahraga demi menjaga imun dan kesehatan tubuh.
Namun muncul kekhawatiran terkait penggunaan masker saat berolahraga.
Saat Covid-19 makin menyebar dan cepat, kita juga diaruskan memakai masker selama aktivitas di luar rumah untuk mencegah penularan.
Pemakaian masker saat olahraga ternyata dikhawatirkan menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Ketakutan itu salah satunya didasarkan pada pertimbangan pakai masker bisa membuat napas kurang lega, sesak, dan tidak nyaman.
Ada juga yang mungkin khawatir pakai masker bikin keracunan karbon dioksida (CO2).
Sementara, di tengah pandemi Covid-19, penggunaan masker di luar rumah, termasuk saat berolahraga ini tak boleh ditinggalkan untuk mencegah penularan virus corona.
Baca Juga: Kini Stoknya Melimpah, Ternyata Masker Bedah Bisa Dipakai Beberapa Kali, Benarkah?
Lalu, apakah benar penggunaan masker saat berolahraga bisa berbahaya?
Pertimbangkan intensitas olahraga Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, dr Michael Triangto, SpKO, menjelaskan apabila masker digunakan saat berolahraga, dapat dimengerti apabila ada yang akan merasakan sesak, terutama saat melakukan olahraga berintensitas berat.
Dia menilai wajar apabila penggunaan masker bisa membuat seseorang merasakan napas menjadi kurang lega, sesak, dan tidak nyaman.
Hal itu dikarenakan, masker yang dipakai untuk melindungi pemakaiannya dari infeksi virus memang ditujukan guna menutupi area hidung dan mulut.
Menurutdr dr. Michael, hal yang tidak wajar dari hal tersebut adalah mengapa orang-orang harus berolahraga berat? Berdasarkan Panduan Hidup Aktif Selama Pandemi Covid-19 dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO), ditunjukkan kurva huruf “J” (dikutip dari “Immune function and exercise. Exercise Immunol Rev 2011 ), yaitu hubungan antara intensitas berolahraga dan resiko mengalami infeksi penyakit.
Dari titik awal kurva tersebut, yang berada di titik paling kiri memperlihatkan titik di mana kemungkinan terinfeksinya seseorang, yakni apabila tidak berolahraga.
Titik terendah dari kurva “J” berada di tengah yang mana menunjukkan bahwa, apabila seseorang berolahraga dengan intensitas ringan sampai sedang, maka risiko terinfeksinya menjadi terendah.
Sementara, di titik paling kanan menunjukkan jika berolahraga dengan intensitas berat malah berpotensi untuk mengalami risiko terinfeksi tertinggi termasuk terinfeksi Covid-19 dan juga cedera maupun gangguan kesehatan lainnya.
Maka dari itu, dr. Michael menganjurkan, sebelum berolahraga, setiap individu sebaiknya mengetahui dengan jelas tujuan dari kegiatannya yang akan dilakukan.
Apabila tujuannya untuk sehat, tentunya yang setiap orang hanya boleh melakukan olahraga berintensitas ringan sampai sedang, sehingga tidak akan terganggu dengan penggunaan masker sesuai protokol kesehatan.
Untuk yang ingin tetap berolahraga berat, tentunya tidak akan dapat dilarang.
Dengan demikian, boleh saja seseorang melakukan olahraga berat tersebut.
Namun, dia menganjurkan, olahraga berat itu lebih baik dilakukan di dalam rumah sehingga tidak diwajibkan memakai masker.
"Yang perlu dipahami benar adalah olahraga berintensitas berat hanya diperuntukkan bagi atlet yang mau bertanding, sehingga tujuan kesehatan bukanlah menjadi prioritas utama mereka," kata dia saat diwawancara Kompas.com, Rabu (3/6/2020).
Pertimbangkan macam-macam masker dr. Michael menyampaikan, saat ingin berolahraga di luar rumah, masyarakat sebaiknya menggunakan masker kain atau masker bedah saja atau jangan menggunakan masker N95.
"Masker ini pasalnya bisa sangat memengaruhi fungsi pernafasan para penggunanya," jelas Dokter pemilik Slim + Health Sports Therapy di Kebon Jeruk, Jakarta Barat itu.
Masker N95 diketahui hanya diperuntukkan bagi petugas medis, misalnya di ruang-ruang isolasi dan ICU yang khusus merawat penderita Covid-19.
"Kemampuan masker bedah dan masker kain dalam menyaring udara tentunya lebih rendah daripada masker N95 sehingga pemakaiannya tidak akan terlalu menyesakkan," terang dia.
Dia menambahkan, selain mencegah penularan virus, penggunaan masker saat berolahraga juga memiliki manfaat lain.
Menurut dr. Michael, secara teoriti, kurangnya kadar oksigen (O2) yang masuk ke paru-paru diharapkan dapat melatih pemakai masker agar terbiasa dengan O2 yang tipis.
Hal tersebut mirip dengan kondisi penduduk yang tinggal di tempat-tempat yang lebih tinggi dari permukaan laut.
Baca Juga: Yuk Moms Lakukan 6 Langkah Ini Agar Zumba Semakin Asyik dan Seru Bersama Si Kecil
"Pada umumnya mereka memiliki kadar haemoglobin yang lebih tinggi dari pada penduduk yang tinggal di daerah pesisir, namun tentunya hal itu membutuhkan waktu adaptasi yang panjang," jelas dia.
Untuk itu, masih dibutuhkan lebih banyak penelitian tentang penggunaan masker saat berolahraga, termasuk pula lama penggunaanya agar mampu memperjelas manfaat masker bagi kesehatan.
Dengan begitu, dr. Michael menegaskan, bahwa berolahraga yang sehat cukup dengan intensitas ringan sampai dengan sedang sehingga penggunaan masker tidak akan mempersulit sistem pernapasan dan tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan, terlebih lagi menyebabkan kematian.
"Tentunya mudah untuk dipahami, jika tubuh tidak dalam keadaan sehat, tentunya tidak boleh juga untuk berolahraga, terlebih lagi dalam intensitas berat yang pada siapa pun menungkinkan terjadi gangguan kesehatan meskipun tanpa pakai masker," terang dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Amankah Pakai Masker Saat Olahraga? Ini Jawaban Dokter"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR