Begini Penelitian yang Dilakukan Pada Pasien yang Terinfeksi Virus Corona Sebanyak 2 Kali, Catat Gejalanya!
Nakita.id - Seorang pasien yang sudah terinfeksi virus corona sebanyak dua kali kini kerap jadi perhatian.
Seperti diketahui hingga saat ini pandemi virus corona masih belum juga mereda dibeberapa negara.
Bahkan sampai bermunculan beberapa kasus di mana seorang pasien bisa sampai dua kali terinfeksi.
Menurut NBC News, pada ketiga kasus reinfeksi sebelumnya pasien mengembangangkan bentuk Covid-19 yang lebih ringan dan tidak menunjukkan gejala untuk kedua kalinya.
Berbeda dengan sebelumnya, pasien berusia 25 tahun dari Nevada mengalami gejala yang lebih parah dari sebelumnya.
Kasus ini telah dipublikasikan sebagai pracetak di Social Science Research Network (SSRN) dan belum ditinjau sejawat.
Para peneliti telah menyerahkan makalah mereka ke jurnal The Lancet Infectious Disease.
"Penting untuk dicatat, ini adalah temuan tunggal," kata rekan penulis studi Mark Pandori, direktur Laboratorium Kesehatan Masyarakat Negara Bagian Nevada dalam sebuah pernyataan.
"Itu tidak memberi informasi apa pun kepada kami berkenaan dengan generalisasi dan fenomena ini," imbuhnya seperti dilansir Science Alert, Senin (31/8/2020).
Pria berusia 25 tahun itu pertama kali dinyatakan positif Covid-19 pada pertengahan April setelah mengembangkan gejala khas seperti sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, mual, dan diare.
Dalam 10 hari, gejalanya sembuh dan dia dinyatakan negatif dari infeksi SARS-CoV-2. Pada akhir Mei, dia kembali demam, sakit kepala, pusing, batuk, mual, dan diare.
Dalam seminggu, kadar oksigen dalam darahnya turun dan harus dirawat di rumah sakit karena membutuhkan bantuan oksigen.
Baca Juga: Ciri-ciri Lendir Corona, Hati-hati Jika Warna Ini Muncul karena Bisa Jadi Indikasi Infeksi Covid-19
Akhirnya, 48 hari setelah dia positif terinfeksi Covid-19 yang pertama, dia kembali terinfeksi virus corona. Dia dinyatakan positif Covid-19 untuk kedua kalinya.
Para peneliti menganalisis genom virus corona pada sampel pertama dan kedua. Hasilnya, ada perbedaan pada beberapa gen yang disebabkan oleh mutasi alami.
Temuan itu menyebut pasien terinfeksi dua kali, dengan dua jenis virus corona yang sedikit berbeda dan menyebabkan infeksi berkepanjangan.
Ini dapat menunjukkan bahwa paparan virus corona tidak memberi kekebalan 100 persen.
"Namun penting untuk dicatat, frekuensi fenomena semacam itu tidak ditentukan oleh studi kasus tunggal," tulis mereka.
"Ini mungkin mewakili kasus langka."
Para penulis mengatakan, sulit untuk menemukan kasus ini di AS dan tempat lain karena tidak ada sekuens komprehensif genom virus corona dari setiap orang yang dites positif.
"Jika infeksi ulang mungkin dilakukan dalam waktu sesingkat itu, mungkin ada implikasi untuk kemanjuran vaksin yang dikembangkan untuk melawan penyakit.
Ini mungkin juga berimplikasi pada kekebalan virus," kata Mark Pandori dalam pernyataan itu.
"Setelah seseorang sembuh dari COVID-19, kami masih belum tahu berapa banyak kekebalan yang dibangun, berapa lama itu bisa bertahan, atau seberapa baik antibodi berperan dalam perlindungan terhadap infeksi ulang."
Artikel ini telah tayang di GridHITS.id dengan judul Seorang Pasien Terinfeksi Virus Corona 2 Kali dalam Jangka Waktu 48 Hari, Begini Studi Kasusnya
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Source | : | GridHits.ID |
Penulis | : | Rachel Anastasia Agustina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR