Nakita.id - Membantu dan selalu mendukung apapun yang anak lakukan harus dilakukan setiap orangtua, dan tentu saja mendidik anak harus dilakukan dengan baik agar menghasilkan #FamilyQuality yang baik pula.
Mengajarkan anak suatu hal dengan mencampurkan kegiatan seru malah selalu membekas di hati anak-anak.
Hasil penelitian yang dilakukan Slaughter pada 2002 menunjukkan bahwa orangtua sangat memegang peranan penting dalam mengajari anak, salah satunya adalah cara berteman.
Anak-anak tanpa pertemanan akan menjadi seseorang yang menyendiri dan tak pandai menghargai orang lain.
Maka dari itu orangtua harus mengajarkan bagaimana cara berteman dengan sabar dan tentunya tetap menerapkan #FamilyQuality agar tercipta kebahagiaan dalam berinteraksi.
Orangtua tentunya menjadi teman pertama anak-anak, maka dari itu pentinglah peran orangtua saat anak-anak sudah masuk usia sekolah dan mulai berinteraksi dengan teman sebayanya.
Dalam #FamilyQuality sebelum anak memasuki usia sekolah, orangtua sangat berperan dalam mengembangkan 3 keterampilan anak:
1. Keterampilan percakapan
2. Keterampilan interpersonal
3. Keterampilan pengendalian emosi
Baca Juga: #FamilyQuality Bangun Kerjasama dengan Si Kecil, Lakukan Tips Ini Agar Anak Senang Belajar di Rumah
Nah, 3 keterampilan ini wajib anak-anak kuasai sebelum terjun ke dunia bermain dengan teman sebaya.
Maka dari itu, orangtua tentunya bisa mengajak anak #FamilyQuality sambil belajar bagaimana agar bisa berteman dengan sebaya kelak.
Ada 5 cara penting bagaimana cara orangtua agar anak-anak tak salah langkah dalam berteman saat sudah berkumpul dengan teman sebaya:
1. Orangtua jadi pelatih emosi
Anak-anak pastilah memiliki emosi negatif dan egois, namun untuk berteman anak-anak perlu punya mentor dalam mengendalikan hal ini.
Siapa lagi kalau bukan orangtua.
Baca Juga: Bantu Anak Belajar Mengenal Angka dan Berhitung dengan Lakukan #FamilyQuality Menyenangkan Ini
Maka dari itu, pola asuh Moms dan Dads jangan sampai otoriter.
Cobalah menjadi bijaksana dan mendengarkan apa yang anak mau agar tercipta diskusi yang nyaman bagi Si Kecil.
Brotman dan kawan pada tahun 2009 menemukan bahwa orangtua yang berwibawa cenderung memiliki anak yang kalem, lebih mandiri, dan pandai mengontrol diri. Dan hal ini sangat disukai teman sebaya.
2. Berbicara yang sopan
Orangtua menduduki peran utaman dalam mengajarkan anak berbicara. Itulah sebabnya orangtua harus menghindari berkata kasar saat di depan anak, apalagi saat marah.
Orangtua wajib memulai diskusi santai tanpa menyudutkan anak.
Bierman pada tahun 1986 mengatakan bahwa anak-anak yang tidak populer mencoba meningkatkan keterampilan dengan mendengarkan apa yang anak populer bicarakan.
Kemudian anak yang kurang populer ini mencoba untuk mempraktikkannya.
3. Menumbukan simpati dan empati
Perlu digaris bawahi, simpati dan empati tidak muncul dengan sendirinya dari dalam diri anak.
Anak mampu mempunyai sifat simpati dan empati tentu saja melihat Moms dan Dads berperilaku pada orang lain.
4. Memahami situasi sulit
Dalam bermain dengan teman sebaya, pasti anak akan mengalami situasi sulit.
Di sini anak harus bisa memahami dengan cara membaca ekspresi wajah temannya.
Menurut Finnie dan Russel tahun 1988 ada 4 tingkatan bagaimana anak biasanya membaca ekspresi temannya dengan sederhana:
- Lakukan pendekatan.
- Mencoba bergabung dengan permainan yang dimainkan teman sebaya.
- Mencoba mengikuti alur permainan.
- Jika merasa tak nyaman, anak akan mundur perlahan dari teman sebaya.
5. Pantau kehidupan sosial anak
Meski orangtua sudah mengajarkan hal baik agar pertemanan anak pada teman sebaya jadi baik, tapi peran orangtua dalam memantau juga sangat perlu.
Studi dari Parke dan timnya pada 2002 menunjukkan bahwa anak-anak akan lebih baik dalam beraktivitas sosial jika orangtua masih memantau gerak-gerik anak dalam bergaul dengan teman sebaya.
Baca Juga: Ingin Isi #FamilyQuality dengan Liburan? Simak 3 Tips Aman Berlibur Selama Adaptasi Kebiasaan Baru
Bobo Fun Fair dan Jelajah Kuliner Bintang Jadi Ajang Nostalgia di Uptown Mall BSBCity Semarang
Source | : | Parenting science |
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR