"Sebaiknya dikumpulkan ke pengepul dan dikelola oleh pihak ketiga sesuai ketentuan atau kebijakan KLHK untuk pengelolaan pembuangan limbah," ujar Budiawan.
Membuat angka BOD dan COD naik
Di sisi lain, Peneliti Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono menyampaikan, membuang minyak jelantah ke saluran air merupakan kebiasaan buruk.
Menurut Agus, di Jepang, minyak jelantah diolah terlebih dulu sebelum dibuang ke tempat sampah.
"Di Jepang, minyak jelantah ditambah zat pemadat terlebih dulu sebelum dibuang ke tempat sampah sebagai bongkahan," ujar Agus saat dihubungi terpisah oleh Kompas.com, Rabu (16/9/2020).
Baca Juga: Awas Minyak Zaitun Tidak Boleh Dipanaskan, Ini Risikonya Kata Pakar!
Agus mengungkapkan, tindakan membuang minyak jelantah ke saluran air dapat membuat kualitas air di saluran air atau sungai menjadi kotor.
Selain itu, akibatnya yakni angka BOD dan COD mengalami peningkatan.
Artinya, jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme mengurai bahan organik menjadi semakin banyak, sementara kualitas air menurun.
Biological Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengurai bahan organik di dalam air.
Sementara, Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen untuk mengurai bahan organik.
Baca Juga: Beda dengan Minyak Goreng Biasa, Gwen Winarno Jelaskan Batas Pemakaian Minyak Zaitun Untuk Memasak
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR