"Kurangnya cairan ketuban dapat disebabkan oleh faktor janin dimana terjadi kelainan kromosom dan genetik pada janin (seperti kelainan ginjal dan saluran kemih pada janin), pertumbuhan janin terhambat, faktor ibu seperti adanya riwayat hipertensi atau dehidrasi, dan faktor kehamilan lain seperti gangguan fungsi plasenta, ketuban pecah dini, kehamilan lewat waktu (postterm) dan penggunaan obat-obatan tertentu seperti OAINS (obat anti inflamasi non steroid) dan ACE inhibitors (angiotensin-converting enzyme)," ungkap dr. Ratna Lestari Habibah, SpOG, dari Hospital Brawijaya Antasari, Jakarta Selatan, saat diwawancarai Nakita.id, Kamis (07/01/2021).
Risiko yang akan terjadi apabila cairan ketuban berkurang
dr. Ratna juga menjelaskan risiko yang akan terjadi apabila cairan ketuban tersebut berkurang maka akan berakibat fatal Moms.
Pasalnya Moms bisa saja mengalami keguguran di awal kehamilan, bahkan yang lebih parah lagi janin Moms bisa mengalami cacat.
Baca Juga: Moms Wajib Tahu! Warna dan Bentuk Feses Bayi yang Seperti Ini Tandanya Si Kecil Alergi Susu
"Risiko yang terjadi pada kekurangan cairan ketuban jika terjadi di awal kehamilan bisa menyebabkan keguguran, yang berlangsung lama bisa menyebabkan pertumbuhan abnormal janin seperti potter syndrome, deformitas atau cacat janin, hipoksia atau kekurangan oksigen pada janin karena tekanan tali pusat yang dapat menyebabkan gawat janin, hipoplasia paru janin (paru-paru janin yang tidak berkembang), bahkan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terganggu atau kematian janin, jika terjadi pada trimester akhir kehamilan dapat menyebabkan kelahiran prematur, meningkatkan risiko persalinan dengan induksi ataupun sesar," terang dr. Ratna.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR