Nakita.id - Ketika melihat bayi Moms dan Dads terkena diare sebaiknya tidak perlu panik terlebih dahulu.
Dalam liputan khusus Nakita.id sebelumnya, diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali per hari yang bentuknya seperti bubur atau cair.
Penyebab diare pada bayi yang paling sering terjadi karena virus yaitu rotavirus yang penularannya lewat mulut dan tangan yang terkontaminasi.
Baca Juga: Mengenal Diare, Masalah Kesehatan yang Sering Dialami Bayi dan Penyebabnya
Selain rotavirus, penyebab diare pada bayi di antaranya 10-20% bakteri dan kurang dari 10% adalah parasit.
Setelah mengetahui definisi diare dan penyebabnya, ada baiknya Moms dan Dads mengetahui gejala dan penanganan diare.
Berikut penjelasan dokter spesialis anak tentang gejala dan penanganan diare pada bayi.
Saat diwawancarai Nakita.id, pada Kamis (21/1/2021), Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastroenterologi Hepatologi yang berpraktik di RS Pondok Indah - Pondok Indah, menjelaskan gejala diare pada bayi.
"Bisa dilihat dari bentuk tinjanya, kalau tinjanya lebih cair dan keluar lebih dari 3 kali sehari itu disebut diare," jelas dokter Muzal.
Baca Juga: Jangan Anggap Enteng Tanda Gejala Gastrointestinal pada Penderita Covid-19, Seperti Apa?
Dokter Muzal juga menjelaskan diare yang disebabkan rotavirus biasanya didahului oleh demam dan muntah.
"Biasanya kalau rotavirus penyebabnya justru didahului oleh demam dan muntah baru misal kemudian besok atau lusa diare.
Tapi kalau sebab-sebab lain seperti alergi susu sapi atau intoleransi laktosa itu tidak ada gejala demam karena belum ada infeksi," jelasnya.
Di sisi lain, saat diwawancarai Nakita.id pada Sabtu (23/1/2021), dr. Reza Abdussalam, Sp.A, Dokter Spesialis Anak yang berpraktik di RSIA Brawijaya Antasari menjelaskan gejala diare pada bayi juga.
"Bayi yang punya kejadian diare paling mudah gejalanya adalah pertama, anak akan mengeluarkan yang namanya mencret artinya banyak air dibanding ampasnya lebih dari 3 kali per 24 jam.
Kedua, anak biasanya mengalami masalah pencernaan lain, seperti muntah, dan disertai dengan demam, maka nanti dievaluasi. Menjadi masalah jika diare disertai komplikasi yaitu dehidrasi," papar dokter Reza.
Penanganan diare
Sementara, saat diwawancarai Nakita.id pada Jumat (22/1/2021), dr. Imelda Pingkan M, Sp.A, Dokter Anak yang berpraktik di Columbia Asia Hospital Pulomas menjelaskan penanganan diare pada bayi.
"Bagaimana tata laksana diare untuk bayi? Pada umumnya yang pertama adalah kita harus lihat penampakan secara klinis.
Baca Juga: Tak Perlu yang Mahal! Berikut Obat Diare Alami Untuk Ibu Hamil yang Mudah Didapatkan
Kemudian kita harus menilai derajat dehidrasinya bagaimana, lihat tinjanya apakah ada darah.
Biasanya kalau ada darah kita pikirkan apakah ada infeksi usus oleh bakteri pathogen atau penyebab yang lain.
Dan kita juga bisa lihat pemeriksaan fesesnya biasanya peningkatan jumlah leukosit dalam tinja merupakan tanda adanya infeksi bakteri," ucap dokter Pingkan.
Di sisi lain, dokter Muzal menjelaskan bahwa diare dibagi menjadi tiga yaitu akut (kurang dari 14 hari), persisten (lebih dari 14 hari), dan disentri (diare yang disertai darah).
"Penanganannya berbeda-beda. Kalau diare akut biasanya karena rotavirus yang penting pada saat itu adalah penanganan supaya tidak dehidrasi.
Karena rotavirus tidak perlu pengobatan khusus sebenarnya yang penting cairan yang cukup.
Penanganan diare persisten dan disentri sebaiknya langsung ke dokter, biasanya penanganannya lebih kompleks.
Baca Juga: Bolehkah Makan Pisang Sebelum Berolahraga? Yuk Cari Tahu Faktanya Di Sini
Kalau diare berdarah penyebabnya disentri karena bakteri sigela dan samonela, biasanya diberikan antibiotik.
Apalagi kalau diare persisten musti diperiksa tinjanya, kultur kalau perlu, dicari penyebab karena bakteri lain, maka sebaiknya berobat ke dokter gastro anak untuk mencari penyebabnya.
Tetapi yang paling penting penanganan di rumah adalah pemberian cairan yang cukup supaya tidak terjadi dehidrasi," jelasnya.
Selain di atas, dokter Reza juga mengungkapkan rekomendasi WHO penanganan diare pada bayi berikut ini:
1. Oralit
Dokter Reza menjelaskan oralit ada macam-macam di antaranya sachet dan bentuk jadi di botol.
"Kalau ingin memberikan oralit botol sekitar 200ml tergantung dari badan badan anak.
Paling gampang kalau anak ada muntah 5ml dikali berat badan. Misalnya berat badan 10 artinya anak sekali muntah dia butuh 50ml.
Baca Juga: Jangan Panik dan Asal Minum! Berikut Obat Diare Untuk Ibu Hamil yang Aman dan Alami
Sedangkan kalau dia mencret, 10ml kali berat badan sehingga ada yang hilang ada yang masuk di luar cairan rumatan.
Artinya kalau anak mencret jam 6 berat badan 10 artinya 10 kali 10ml diberikan cairan 100ml.
Demikian jam 10 anak mencret lagi lakukan hal sama untuk mengganti cairan yang hilang dari kebutuhan cairan anak," papar dokter Reza.
2. Zinc
Dokter Reza mengatakan memberikan penambahan zinc pada bayi pada 10-14 hari punya efek untuk pembetukkan epitel-epitel baru yang kemarin hancur saat diare dan tetap diberikan walaupun gejala diare sudah perbaikan.
3. Tidak ada pantangan
Dokter Reza mengatakan kalau anak ada alergi dari makanan pendamping sebaiknya disingkirkan dulu.
Baca Juga: Selama Ini Dianggap Sehat, Ternyata Kacang Hijau Bisa Datangkan Penyakit Ini
4. Tidak semua diare butuh antibiotik
"Kita bisa berikan antibiotik jika ditemukan BAB berdarah pada bayi. Jika tidak ditemukan BAB berdarah, artinya sebenarnya tidak perlu antibiotik.
Dan setelah ketemu BAB berdarah idealnya dilakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui gara-gara parasit atau bakteri," kata dokter Reza.
5. Edukasi
Sebaiknya orangtua memperhatikan higienitas, cuci tangan, tempat makan dan minum, dan sanitasi air yang harus baik.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR