Nakita.id - Kanker paru merupakan salah satu penyakit ganas yang didreita oleh banyak orang di Indonesia.
Kamis, 4 Februari 2021 ditetapkan sebagai Hari Kanker Sedunia untuk meningkatkan kesadaran terhadap kanker dan mendorong pencegahan, deteksi, dan pengobatan kanker.
Sayangnya, munculnya virus Covid-19 mengaburkan gejala penyakit terkait pernapasan, salah satunya kanker paru.
Sama-sama memiliki gejala menyangkut sistem pernapasan, saat ini masyarakat sangat terfokus pada gejala penyakit corona dan menyampingkan penyakit lainnya.
Hal ini tentu bisa menimbulkan kerugian kesehatan.
Baca Juga: Jangan Lagi Lakukan, Merokok Dekat Anak-anak Bisa Timbulkan Bahaya Kesehatan yang Tak Main-main
Penderita yang mengalami gejala seperti batuk kronis dan nyeri dada dapat mengira dirinya terinfeksi Covid-19.
Padahal gejala tersebut juga merupakan gejala umum kanker paru yang banyak tak disadari.
Pada akhirnya hal semacam ini yang bisa menyebabkan risiko terlambatnya pasien mendapatkan penanganan medis terkait kankernya.
Oleh sebab itu, di Hari Kanker Sedunia ini kita perlu mengenal gejala, penyebab, serta car pengobatan kanker paru dengan benar.
Baca Juga: Bukan Hanya Faktor Umur dan Asap Rokok Saja, Ternyata Ini Faktor Penyebab Kanker Paru
Gejala kanker paru
Gejala yang paling umum dari kanker paru adalah batuk tidak kunjung sembuh atau batuk kronis yang semakin parah hingga mengeluarkan darah.
Selain itu, penderita juga mungkin merasakan nyeri pada bagian dada, punggung, atau bahu, mengalami sesak napas, serta berat badan menurun drastis.
Dokter Spesialis Paru RS Premier Jatinegara, dr. Kasum Supriadi Sp.P mengatakan bahwa untuk menentukan pasien menderita kanker paru perlu dilakukan diagnosa pasti.
Yaitu jika ada sel tumor yang bisa terdapat pada pada saluran pernapasan, parenkim paru, atau pada pembungkus paru.
Baca Juga: Kenali Lebih Jauh Penyebab Kanker Paru-paru Serta Pengobatannya yang Inovatif di Indonesia
Bedanya gejala kanker paru dengan gejala covid-19, lebih sering didahului dengan demam, gangguan saluran pernapasan, atau gangguan organ lainnya.
Namun, diagnosa infeksi virus Sars Cov 2 harus melalui pemeriksaan tes SWAB PCR.
Hasil dari test SWAB PCR ini yang digunakan untuk mendeteksi covid-19 sedangkan pemeriksaan kanker paru harus dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Penyebab Kanker Paru
Adapun kanker paru dapat dipicu oleh gaya hidup yang buruk, seperti mengonsumsi makanan junk food, kebiasaan merokok, dan berlebihan mengonsumsi alkohol serta berat badan berlebih.
Selain itu, perubahan gen atau mutasi DNA terkait faktor keturunan juga patut diwaspadai.
Jika terdapat pasien kanker paru dalam keluarga, sebaiknya anggota kelarga lain melakukan pemeriksaan dini dan berkala agar diketahui gejala kanker sedini mungkin.
“Ada serangkaian proses mendeteksi kanker paru, yakni anamnesa (wawancara pada pasien), pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan dahak dan biopsi jaringan paru, foto rontgen dada, CT scan paru dengan zat kontras, bronkoskopi atau endoskopi pada paru.
Bila dari serangkaian proses pemeriksaan ditemukan bahwa pasien mengidap kanker paru maka dokter paru akan menentukan tindakan medis yang sesuai,” jelas dr Kasum.
Merujuk data Global Burden of Cancer Study (GLOBOCAN), tahun 2018, disebutkan sekitar 26.069 orang di Indonesia meninggal karena kanker paru setiap tahunnya, dengan 30.023 kasus baru.
Angka ini tertinggi di Asia Tenggara dengan persentase angka kematian karena kanker paru di Indonesia mencapai 19,3% dibanding total kematian dari seluruh kanker lainnya.
Dr. Kasum menyebutkan, pasien kanker paru stadium 4 rata-rata dilaporkan meninggal dunia dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan karena faktor infeksi.
Oleh sebab itu, jika terdapat gejala yang mengarah ke kanker paru haruslah segera diobati. Pasien yang mengidap stadium 4 memiliki angka progresifitas (stadium lanjut) yang cepat.
Pengobatan Kanker Paru
Dr. Kasum mengajak masyarakat ikut terlibat aktif menurunkan prevalensi kanker paru dengan meningkatkan literasi kesehatan soal kanker, khususnya kanker paru.
Mulai dari mengetahui gejala walaupun tidak semua kanker menunjukkan gejala dini, tahapan penyembuhan, hingga cara kita memperlakukan pasien kanker demi membantu proses penyembuhannya.
Memperlakukan pasien untuk membantu proses pengobatan tentunya akan melibatkan keluarga.
Apa saja yang menjadi keluhan mereka adalah catatan penting untuk mengetahui kemajuan atau kemunduran kesehatan pasien.
Dr. Kasum menyarankan agar keluarga memastikan suplai oksigen pasien dengan cara memantau tanda vital pernapasan, tensi, suhu, nadi, dan saturasi oksigen.
Jika terlihat perubahan yang menurun maka segera konsultasikan ke dokter agar dokter dapat menentukan apakah pasien perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit atau tidak.
Guna mendukung angka dari prevalensi kanker paru bisa turun, Health Claim Senior Manager Sequis, dr. Yosef Fransiscus ikut menyarankan masyarakat agar mencari informasi medis dari sumber tepercaya, yakni dari dokter.
Ia pun mengajak masyarakat menjadikan cita-cita mencapai hari esok yang lebih baik sebagai semangat untuk melakukan gaya hidup sehat setiap hari sebagai upaya melawan sakit kanker.
“Kita dapat meraih hari esok jika fisik dan finansial kita sehat. Untuk itu, sangat baik jika kita mulai melakukan gaya hidup sehat, yaitu memperbaiki asupan dengan yang bergizi dan rutin berolahraga. Perlu juga menyeimbangkan waktu antara bekerja dan beristirahat serta memiliki pola pikir yang positif dan terbuka,” ujar dr. Yosef
Walau kanker paru bisa ditanggung BPJS, sayangnya banyak terapi penunjang yang harganya mahal dan tidak termasuk tanggungan tersebut.
Padahal, jika terlambat ditangani dari awal, biaya pengobatan kanker paru sangat tinggi demikian juga tingkat kematiannya.
Demi mendukung perlindungan finansial bagi masyarakat melalui asuransi kesehatan, Sequis menyediakan serangkaian produk asuransi kesehatan dengan beragam manfaat, seperti Sequis Q Infinite MedCare Rider dengan XBooster dan Sequis Q Health Platinum Plus Rider.
“Selagi berharap pengobatan dapat memberikan kesembuhan, pasien maupun anggota keluarganya tidak harus kehilangan harapan ada hari esok yang lebih baik untuk keluarganya karena soal biaya pengobatan sudah dapat diatasi,” pungkas dr Yosef.
Source | : | Siaran Pers |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR