Nakita.id - Moms, periode memberi makanan pendamping ASI (MPASI) merupakan periode yang rentan terhadap kekurangan nutrisi.
Oleh karena itu, seni memberikan MPASI perlu dikuasi setiap orangtua agar dapat mencegah terjadinya malnutrisi.
Banyak hal yang harus Moms perhatikan dalam pemberian MPASI. Selain nutrisinya, penting juga diperhatikan tekstur MPASI, jumlah takaran, konsistensi variasi makanan, dan frekuensi makan.
BACA JUGA: Risiko Bila Si Kecil Sudah Kecanduan Gula dan Garam dalam MPASI-nya
World Health Organization (WHO) dalam hal ini merekomendasikan bagaimana aturan ideal mengenai hal di atas agar anak dapat tercukupi kebutuhan nutrisinya.
Berikut prinsip pemberian MPASI yang disarankan oleh WHO:
Naikkan jumlah makan anak secara bertahap.
Moms, jumlah makanan yang diberikan kepada Si Kecil seharusnya memenuhi kebutuhan kalorinya setiap hari.
ASI dapat memenuhi seluruh kebutuhan energi sampai usia 6 bulan, setelah itu terdapat kekurangan sumber energi yang harus dipenuhi oleh MPASI.
Perhatikan, jumlah kalori tambahan yang diperlukan, sekitar 200 kkal perhari pada usia 6-8 bulan, 300 kkal perhari pada usia 9-11 bulan, dan 550 kka perhari pada usia 12-23 bulan.
Hal tersebut dihitung jika ASI tetap diberikan.
BACA JUGA:Masih Ingat dengan Pasangan Viral Ini? Begini Kabar Mereka Sekarang
Tampak jelas bahwa kebutuhan energi meningkat seiring dengan bertambahnya usia, itulah mengapa pemberian MPASI harus bertambah dari segi kuantitas dan frekuensi untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan kalori.
Perhatikan tabel panduan praktis mengenai kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan pada anak usia 6-23 bulan yang masih menyusui.
(Apabila bayi tidak menyusui, tambahkan 1-2 gelas susu formula dan tambahkan frekuensi pemberian MPASI 1-2 kali perhari)
Usia | Energi yang dibutuhkan selain ASI (perhari) | Tekstur | Frekuensi | Jumlah makanan yang diberikan |
6-8 bulan | 200 kkal | Mulailah dengan bubur kental yang halus / lumat Lanjutkan dengan beraneka ragam makanan keluarga yang dihaluskan | 2-3 kali perhari. Dapat ditambahkan snack 1-2 kali | Mulailah dengan 2-3 sendok setiap makan, tingkatkan jumlah secara bertahap sampai berjumlah setengah cangkir ukuran 250 mL |
9-11 bulan | 300 kkal | Makanan yang dicincang/bubur kasar. | 3-4 kali sehari Dapat ditambahkan snack 1-2 kali perhari | Setengah cangkir ukuran 250 mL |
12-23 bulan | 550 kkal | Makanan keluarga (dihancurkan sebelumnya bila perlu) | 3-4 kali sehari Dapat ditambahkan snack 1-2 kali perhari | Tiga perempat cangkir ukuran 250 ml naikan bertahap sampai satu cangkir |
Ya Moms, penting sekali memerhatikan tekstur dan kekentalan makanan, sebab hal tersebut memengaruhi volume dan kandungan energi.
Misalnya untuk jenis makanan cair seperti ASI, kandungan energinya sekitar 0,6-1 kkal per gram; makanan yang lebih encer (berkuah dan encer) kandungan kalori hanya 0,3 kkal pergram.
BACA JUGA: Risiko Bila Si Kecil Sudah Kecanduan Gula dan Garam dalam MPASI-nya
Kandungan kalori yang diharapkan pada MPASI adalah sekitar 1 kkal per gram, maka dapat dicapai jika makanan cukup kental.
Selain kekentalan, jenis MPASI juga memengaruhi jumlah kalori yang dikandungnya, seperti jika kandungan lemak lebih banyak maka kalori lebih tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut, kita tau bahwa semakin kental dan padat jenis MPASI maka semakin sedikit jumlah yang perlu dikonsumsi anak untuk mencukupi kebutuhan kalorinya.
MPASI harus merupakan makanan yang lebih tinggi kalorinya daripada ASI. Jadi salah kaprah jika memberikan MPASI di bawah standar ASI.
Perlu diketahui, ASI mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral, sehingga MPASI wajib memiliki kandungan kaya nutrisi, karenanya MPASI baiknya mengandung ASI juga.
Dengan bahasa lain jangan ragu mencampurkan ASI pada MPASI.
Tingkatkan konsistensi variasi makanan secara bertahap.
Konistensi (tekstur) makanan harus dinaikkan secara bertahap sesuai dengan perkembangan neuromuscular (sistem otot dan saraf) Si Kecil.
BACA JUGA: Dian Sastro, Kenakan Kain Sumba Saat ke Mal, Tampilannya Memesona!
Secara umum prinsipnya sebagai berikut Moms:
Periode emas meningkatkan konsistensi makanan adalah sebelum usia 10 bulan, jika sesudah usia 10 bulan anak masih kesulitan makan makanan padat. Jika dipaksakan besar kemungkinan mengalami gangguan makan dikemudian hari.
Nah, jumlah kalori bukan hanya dipengaruhi oleh tekstur tetapi juga variasi makanan.
Kalori yang lebih besar dapat dicapai dengan pemberian makanan hewani seperti daging sapi, daging ayam, ikan.
BACA JUGA: Siapa Sangka Bawang Putih ‘Hitam’ Mengandung 4 Manfaat Hebat Ini
Berikanlah segera setelah anak mampu mengunyah makanan padat.
Pemberian MPASI yang kurang bervariasi (contoh buah saja) dapat membuat anak kekurangan gizi.
Tingkatkan frekuensi makan anak secara bertahap.
Seiring dengan bertambahnya usia Si Kecil, kebutuhan energi bertambah. Makanan dapat dibagi menjadi beberapa porsi besar.
Jumlah makan pada bayi bergantung hal berikut:
Artinya makin banyak energi yang dibutuhkan, makin banyak makanan yang harus dikonsumsi.
Porsi makan bergantung pada daya tampung lambung anak. Pada umumnya besar lambung adalah 30 mL per kg berat badan.
BACA JUGA: inilah Cara Mudah Membedakan Nyeri Pinggang Biasa dan Sakit Ginjal
Misalnya pada anak dengan berat 8 kg, dapat diberikan makan sejumlah 240 ml (satu cangkir penuh). Si Kecil tidak dapat dipaksa makan melebihi kapasitasnya.
Energi yang terkandung pada MPASI harus lebih padat dari pada ASI. Energi pada MPASI minimal 0,8 kkal per gram.
Jika energi pada MPASI lebih rendah maka memerlukan volume yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan Si Kecil.
Pada tabel sebelumnya Moms dapat melihat frekuensi makan yang bertambah seusia usia.
Dimulai dengan 2-3 kali sehari saat usia 6-8 bulan sampai 3-4 kali sehari saat usia 9-23 bulan.
Nah, jika Moms ingin menambahkan snack, dapat diberikan 1-2 kali sehari tergantung napsu makan Si Kecil.
BACA JUGA: Usai Otak-atik Ponsel Ayahnya, Anak Berusia 14 Bulan ini Berhasil Membeli Mobil di Toko Online
Yang dimaksud dengan snack di sini adalah makanan yang dikonsumsi anak di antara jadwal makan padat.
Snack dapat berupa finger food.
Makanan yang digoreng mengandung kalori lebih tinggi.
Anak yang makan terlalu sedikit tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya sehingga rentan terjadi malnutrisi.
Jika anak makan terlalu banyak maka menyusui akan lebih sedikit, bahkan berhenti menyusu.
Dengan demikian, frekuensi dan jumlah makan harus dinaikan bertahap sehingga dapat mempertahankan produksi ASI.
Source | : | WHO,milissehat.web.id |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR