Nakita.id - Banyak yang tahu, menyimpan kentang di dalam kulkas justru berbahaya bagi kesehatan kita.
Sebelumnya, kentang merupakan salah satu umbi-umbian yang selalu jadi favorit orang Indonesia.
Kentang bisa diolah menjadi apa saja, dijadikan donat sampai digoreng saja rasanya juga enak.
Kentang merupakan salah satu komoditi yang sering dijumpai di pasar, makanya harga kentang juga tidak mahal.
Tapi semenjak pandemi, banyak yang akhirnya menyimpan stok bahan makanan, salah satunya kentang ini.
Banyak yang akhirnya menyimpan kentang di dalam kulkas.
Padahal, kenyataannya cara menyimpan kentang di dalam kulkas ini tak baik.
Alasannya bahkan sudah diungkapkan oleh banyak ahli.
Yang pertama adalah, suhu kulkas terlalu dingin untuk digunakan menyimpan kentang.
Suhu rendah kulkas dan freezer bisa menyebabkan proses perubahan zat menjadi manis, karena sebagian zat tepung di dalam kentang bisa berubah menjadi gula monosakarida.
Jika digoreng atau terkena panas yang tinggi, zat gula ini bisa membentuk senyawa karsinogenik yang disebut sebagai acrylamide.
Moms melihat zat ini pada bagian roti yang gosong.
Kentang yang sudah dikupas juga sebaiknya tidak disimpan di freezer, ya.
Jika terpapar suhu yang terlalu dingin, air di dalam kentang menjadi meluas dan membentuk kristal. Kristal ini bisa memecah sel-sel di daging kentang.
Sehingga kentang bisa menjadi lembek dan tidak bisa digunakan.
Kentang mentah juga bisa berubah menjadi kecokelatan kalau terpapar udara di dalam freezer.
Ini karena enzim yang membuat kentang menjadi kecokelatan masih aktif. Zat ini tidak aktif lagi kalau kentang sudah dimasak.
Untuk cara menyimpan kentang dengan baik, Moms bisa memilih suhu ruangan dan sinar matahari tidak bisa masuk.
Bisa saja meletakkannya di dapur, yang penting jangan terkena matahari langsung.
Menyimpan kentang di suhu ruangan dan tak terkena sinar matahari langsung akan membuat kentang awet dan pastinya vitamin dan nutrisi baik dalam kentang tetap terjaga.
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR