Ada alasan mengapa body shaming di masa kanak-kanak sama bahayanya dengan yang dialami orang dewasa.
Dilansir dari Moms.com, perilaku membuat anak malu dan akhirnya tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri ini memengaruhi pertumbuhannya.
Bahkan, sampai ia dewasa, anak akan cenderung merasa kurang puas dengan bentuk, ukuran, atau tanda yang ada pada tubuhnya.
Jangka panjangnya, anak akan melakukan hal yang sama pada orang lain, teman sebayanya, misalnya.
Sebab, anak akan cenderung meniru orangtuanya dalam melakukan suatu hal.
Maka dari itu, perilaku orangtua sangat berperngaruh bagaimana anak berpikir tentang tubuhnya sendiri dan bagaimana ia memperlakukan orang lain.
Hal ini selaras dengan pernyataan Mental Health Foundation, bahwa sebenarnya body shaming berdampak buruk bagi perilaku anak.
Anak akan menjadi kesulitan untuk membentuk perilaku yang baik dan sehat.
Korban body shaming cenderung lebih tidak mau untuk melakukan aktivitas fisik seperti olahraga.
Dilansir dari Mental Health Foundation setidaknya ditemukan 36 persen anak perempuan dan 24 persen anak laki-laki enggan mengikuti olahraga karena tidak nyaman dengan penampilannya.
Berikut gejala lain dari kekerasan terhadap anak secara emosional menurut Medical News Today:
1. Mendadak menjadi pendiam
2. Sering merasa cemas dan ketakutan
3. Perubahan perilaku yang ekstrem seperti terlalu agresif atau terlalu pasif
4. Kurang menunjukkan perhatian dan rasa hormat pada orangtua
5. Menunjukkan perilaku yang tidak pantas untuk seumurannya
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | slate.com,Global News,Medical News Today,mentalhealth.org.uk,Moms.com |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR