Kedua, ajarkan menerima diri sendiri apa adanya, bukan selalu mencari kekurangan pada bagian tubuh.
Dilansir dari Slate, lebih baik mencari kelebihan yang dimiliki oleh anak.
Ajarkan pada anak untuk memahami apa yang terjadi pada tubuhnya.
Misalnya, mengatakan, 'Wah, hebat sudah bisa main piano' atau 'Larinya kencang, pasti karena sering berlatih'.
Setiap anak pasti ingin terlihat hebat dan memiliki kelebihan.
Gunakan cara-cara yang akan membuatnya lebih percaya diri.
Terakhir, bangun komunikasi yang baik dengan anak.
Sebab, bisa saja anak mengalami body shaming dari luar, baik itu dari teman, guru, atau orang di sekitarnya.
Dengan komunikasi yang baik, anak akan lebih mudah untuk menceritakan apa saja yang dirasakannya.
Apabila ia kecewa dan sedih setelah dipermalukan oleh orang lain karena bentuk tubuhnya, Moms dan Dads bisa membantunya.
Komunikasi yang baik di tengah keluarga setidaknya membuat anak memiliki seseorang yang ia percayai.
Membangun kepercayaan dengan anak berdampak baik bagi kesehatan mental anak.
Sampai saat ini, body shaming bisa saja termasuk dalam kekerasan terhadap anak secara emosional.
Sebab, anak akan merasa dipermalukan karena komentar tentang tubuhnya dan merasa tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri.
Menjelang Hari Anti Kekerasan Internasional, ini menyampaikan kesadaran tentang kekerasan terhadap anak secara verbal sangat penting.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | slate.com,Global News,Medical News Today,mentalhealth.org.uk,Moms.com |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR