Nakita.id - Berita bayi 10 bulan yang dijadikan sebagai manusia silver memang membuat publik bertanya-tanya.
Bagaimana bisa, orang dewasa tega menjadikan bayi 10 bulan sebagai manusia silver?
Banyak juga yang kebingungan mengapa orangtua dari bayi tersebut sampai tidak mengetahui bahwa sang anak dijadikan sebagai manusia silver dan diajak mengemis.
Seperti diketahui, orangtua bayi tersebut juga berprofesi sebagai manusia silver, namun keduanya mengaku tidak pernah mengajak sang buah hati ketika bekerja.
Mereka selalu menitipkan buah hatinya ke kedua tetangganya.
Ya, rupanya kedua tetangganya tersebut yang justru tega menjadikan bayi 10 bulan sebagai manusia silver.
Namun karena sudah terlanjur viral, akhirnya banyak orang yang justru menghujat orangtua bayi tersebut.
Banyak sekali orang yang menyayangkan mengapa kejadian tersebut bisa terjadi.
Psikolog Klinis Anak sekaligus Direktur Klinik Psikologis Mentari Anakku, Firesta Farizal, M.Psi, ikut menyoroti kasus bayi 10 bulan yang dijadikan sebagai manusia silver.
Menurut Firesta, kejadian tersebut sangatlah memprihatinkan.
Karena, bayi yang baru berusia 10 bulan seharusnya berada di lingkungan dan situasi yang aman dan nyaman bukan di pinggir jalan.
"Tentu saja itu merupakan sesuatu yang memprihatikan dan membuat kita semua sedih. Bayi yang seharusnya berada di dalam situasi yang sangat aman, nyaman, tapi justru diwarnai dan berada di pinggir jalan," kata Firesta dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id, Rabu (29/9/2021).
Firesta pun menilai menjadikan bayi 10 bulan sebagai manusia silver merupakan hal yang salah dan tidak bisa dibenarkan apapun alasannya.
Namun, Firesta juga mengingatkan agar publik tidak terus-menerus menyalahkan orangtua bayi tersebut.
“Kita perlu ingat, jangan mudah memberikan penilaian negatif atau memojokkan si ibu dalam situasi seperti ini,” ungkapnya.
Firesta mengatakan, kita semua tidak mengetahui secara persis apa yang dihadapi orangtua bayi tersebut.
Ia pun meminta agar publik lebih fokus memikirkan bagaimana caranya untuk membantu ibu dan juga sang bayi.
“Karena kita tidak betul-betul tahu apa yang sedang ia jalani, kesulitan apa yang harus ia hadapi, jadi akan lebih baik kita memikirkan apa yang harus kita lakukan agar bisa membantu,” imbuhnya.
Firesta lantas meminta agar publik sama-sama berpikir dan mencari cara agar kasus serupa tidak terjadi lagi.
“Daripada menghujat ibunya, semoga kita bisa sama-sama berpikir apa yang bisa kita lakukan supaya tidak terjadi kasus-kasus seperti ini lagi,” kata Firesta.
Firesta pun mengaku sangat bersyukur karena Kementerian Sosial langsung bertindak tegas terhdap kasus ini dan menjemput bayi serta sang ibu untuk tinggal di balai rehabilitasi.
Karena Firesta sendiri yakin jika sang ibu bisa memilih, ia juga tidak mau berada di dalam posisi tersebut.
"Kita butuh syukuri dan apresiasi dari pemerintah karena harusnya secara logika seorang ibu kalau bisa memilih tidak akan ingin berada di dalam situasi tersebut, apalagi harus bawa anaknya," ucap Firesta.
Firesta sangat mengapresiasi pemerintah karena kabarnya akan memberikan ibu dari bayi tersebut pekerjaan yang lebih layak.
"Jadi, jika ia bisa mendapat pekerjaan, bisa mendapat nafkah tanpa harus meninggalkan anaknya, dan ia juga bisa tetap mengurus anaknya, memberikan rasa aman dan nyaman pada anaknya, ya alhamdulillah itu merupakan sesuatu yang harus kita syukuri dan apresiasi dari pemerintah," pungkasnya.
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR