Nakita.id - Lebih dari setahun melanda Indonesia, pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap dunia pendidikan.
Melihat hal ini, pemerintah memberlakukan proses belajar mengajar dengan metode PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) secara virtual.
Namun, metode tersebut membuat anak berpotensi kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar atau learning loss, sehingga mereka sulit mengikuti pelajaran.
Setelah penantian panjang, kini semua orang akhirnya bisa bernapas lega.
Baca Juga: Hati-hati Moms, Terlalu Lama Belajar di Rumah Anak Bisa Mengalami Learning Loss, Apa Itu?
Belakangan ini, Indonesia pun mengalami penurunan kasus Covid-19 dan kematian.
Oleh karena itu, pemerintah menilai sekarang merupakan waktu yang tepat untuk memulai transisi ke Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Pemerintah saat ini sedang meggencarkan kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di berbagai wilayah nusantara.
Demi menyukseskan PTM terbatas, pemerintah menyerukan agar seluruh pihak, terutama sekolah dan orang tua murid untuk saling bekerjasama.
Dengan diberlakukannya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT), penting sekali bagi masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan (prokes) guna melindungi diri dan lingkungan dari bahaya Covid-19.
Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., Direktur Sekolah Dasar, Kemendikbudristek RI menegaskan, setiap sekolah harus menyiapkan Satgas Covid-19 dan melakukan optimalisasi UKS.
Selain itu, prosedur lain pun harus diterapkan, terutama untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Sesuai SKB Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19, ada serangkaian hal penting yang harus dilakukan oleh semua warga satuan pendidikan selama PTM terbatas," ujarnya dalam diskusi virtual Indonesia Hygiene Forum (IHF) ke-8 oleh PT Unilever Indonesia, Rabu (13/10/2021).
"Beberapa diantaranya, selalu memakai masker selama berada di satuan pendidikan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer, menjaga jarak, serta menerapkan etika batuk dan bersin,” lanjutnya.
Chief of Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) UNICEF Indonesia, Kannan Nadar, juga menekankan pentingnya ketersediaan fasilitas air bersih, sanitasi dan kebersihan (WASH) untuk kelancaran sekolah di masa PTM terbatas ini.
"Cuci tangan pakai sabun perlu diprioritaskan di semua sekolah, permukaan yang bersentuhan harus secara rutin didesinfeksi," uajr Kannan.
"Dana Bantuan Operasional Sekolah perlu secara kreatif digunakan untuk meningkatkan akses WASH dengan tetap menjaga fasilitas yang ada,” imbuhnya.
Selain itu, keamanan siswa tentunya menjadi poin utama dari PTM terbatas.
Khususnya, siswa di tingkat sekolah dasar, mengingat saat ini baru anak di atas 12 tahun saja yang sudah boleh divaksinasi.
Selain itu, ancaman terkait Long COVID-19 pada anak juga perlu menjadi perhatian khusus.
Penelitian dari Stephenson, et al. (2021) menunjukkan bahwa 1 dari 7 anak yang terkena COVID-19 masih memiliki gejala sampai dengan 15 minggu kemudian.
Mengenai hal ini, Dr. Bayu Satria Wiratama, Pakar Epidemiologi dari Universitas Gajah Mada menerangkan bahwa peranan Satgas COVID-19 sekolah harus melibatkan guru, orang tua/wali murid, serta warga sekolah lainnya, termasuk masyarakat sekitar.
"Seluruh pihak harus bahu-membahu dalam membuat protokol tata laksana jika muncul kasus, membangun jejaring komunikasi dengan Puskesmas/Dinas Kesehatan setempat," ujar Bayu.
"Menyiapkan ruang UKS khusus infeksi, melatih dan membentuk tim skrining, hingga memantau kondisi harian setiap warga sekolah," jelasnya.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR