Nakita.id - Indonesia masih menghadapi pandemi Covid-19.
Namun, secara berangsur-angsur kurva pandemi Covid-19 di Indonesia kian melandai.
Berbeda halnya dengan penyakit jantung yang masih menempati posisi pertama penyebab angka kematian tertinggi di dunia.
Salah satu penyebabnya adalah gaya hidup pasif pada usia produktif khususnya bagi masyarakat di perkotaan.
Masyarakat seakan abai untuk mengantisipasi penyakit jantung yang padahal dapat menyerang kepada siapapun tanpa mengenal usia.
Segala penyakit sejatinya dapat dicegah, termasuk penyakit kronis seperti jantung.
Cara pencegahan dapat dilakukan dengan mendeteksi lebih dini kepada dokter secara rutin dan berkala.
Permasalahan penyakit jantung memang menarik untuk diperbincangkan, topik ini menjadi bahasan utama pada webinar bertajuk "Deteksi Dini Penyakit Jantung: Apakah Mungkin?" yang diselenggarakan oleh Siloam Hospitals Lippo Village dan Roche Indonesia, Kamis (18/11/2021).
Ahmed Hassan selaku Director, Country Manager Diagnostics, Roche Indonesia mengatakan adanya peningkatan pasien penyakit jantung yang terjangkit Covid-19 di rumah sakit selama pandemi berlangsung.
Bahkan pasien tersebut mayoritas memiliki penyakit bawaan yang dipicu karena kebiasaan hidup pasif selama pandemi.
"Selama pandemi, laju rata-rata mortalitas di rumah sakit akibat serangan jantung dilaporkan meningkat hingga 23 persen. Bahkan 16,3 persen pasien yang dirawat di ruang isolasi Covid-19 ternyata mempunyai penyakit bawaan kardiovaskular, dengan gaya hidup pasif selama pandemi ditengarai menjadi salah satu pemicunya," ucap Ahmed.
Dalam acara yang sama, Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah Siloam Hospitals Lippo Village, DR. dr. Antonia Anna Lukito, Sp.JP(K), FIHA, FAPSIC, FAsCC, FSCAI menuturkan bahwasannya penyakit jantung menyebabkan 15 dari 1.000 orang di Indonesia menderita kardiovaskular pada 2018.
Banyak sebagian masyarakat yang belum menyadari jika mereka bisa saja terkena penyakit jantung, apalagi pada mereka yang berusia muda dan produktif.
Padahal deteksi dini sangat penting untuk menentukan tes-tes lanjutan apa yang harus dilakukan sesuai kondisi kesehatan jantung masing-masing.
"Gejala-gejala penyakit jantung di fase awal kerap dirasakan sebagai gejala umum yang tidak membahayakan. Sehingga, banyak pasien yang baru memeriksakan jantungnya ketika sudah mengalami gejala yang cukup parah. Negara lain merekomendasikan warganya untuk melakukan cek jantung rutin secara berkala minimal lima tahun sekali sejak usia 18 tahun," ucap dr. Antonia.
Deteksi dini penyakit jantung menjadi salah satu cara yang paling ideal untuk mencegah terlambatnya penanganan penyakit jantung.
Salah satu inovasi deteksi dini penyakit jantung adalah penggunaan biomarker Troponin T dan NT-proBNP dalam tes darah, yang telah diakui sebagai standar emas deteksi dini penyakit jantung di dunia.
Selain mampu mendeteksi penyakit jantung sejak dini, inovasi ini juga memungkinkan pasien untuk melihat seberapa parah kondisi kesehatan jantungnya.
Sehingga nantinya Moms juga akan tahu apakah pengobatan selama ini telah bekerja dengan baik untuk kesehatan jantung.
Nantinya, Moms akan mendapatkan rencana pengobatan efektif yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan.
Moms bisa tes biomarker Troponin T dan NT-proBNP di berbagai rumah sakit dan laboratorium klinik, termasuk Siloam Hospitals Lippo Village.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR