Nakita.id – Moms, rumah tangga yang utuh dan terhidar dari masalah pasti menjadi impian setiap orang.
Namun ada beberapa hal yang akhirnya membuat suatu pernikahan itu harus berakhir di tengah jalan.
Pada saat seperti ini yang harus menjadi korban bukan hanya perasaan Moms dan Dads saja, tapi perasaan sang anak juga ikut harus dikorbankan.
Ketika oang tua berpisah terkadang anak harus memilih harus ikut dengan ibu atau ayahnya.
Selain dipaksa untuk memilih, ternyata keputusan berpisah yang dipilih oleh orang tuanya juga ternyata berdampak besar kepada perasaan sang anak.
Berikut beberapa perasaan yang dialami oleh anak yang mengalami broken home.
1. Sensitif
Anak yang berasal dari keluarga yang tidak utuh biasanya lebih sensitif dalam menghadapi sesuatu di dalam keluarga.
Hal ini karena sang anak sudah terlalu sering melihat pertengkaran, teriakan, dan kekerasan lain di rumah, hal ini tentu membuat perasaan mereka lebih sensitif.
Namun, anak yang biasa menyaksikan hal tersebut akan menutupi perasaan meraka dan berusaha untuk menjadi kuat di depan orang lain.
2. Kesepian
Anak yang tumbuh di keluarga broken home biasanya lebih suka berada di luar rumah.
Anak akan menganggap berada di luar rumah lebih nyaman dibandingkan suasana rumah yang selalu tegang.
Tidak sedikit dari anak akan mengulur-ulur waktu untuk kembali ke rumah saat sedang bersama teman-temannya.
Melarikan diri dari rumah dan menemui orang terdekat merupakan salah satu cara anak dengan keluarga tidak utuh untuk mencari kesenangan.
3. Kesulitan Meluapkan Emosi
Anak broken home cenderung menjaga emosi karena ketakutan yang dimiliki.
Sesulit apapun masalah yang dirasakan, anak broken home akan tetap diam dan tenang.
Karena mereka kesulitan untuk mengekspresikan emosi, mereka cenderung berpikir apapun yang mereka lakukan salah.
Perasaan ini tentu tidak bisa diabaikan karena kesulitan meluapka emosi bisa menjadi penyebab timbulnya penyakit mental seperti serangan panik atau kecemasan.
4. Menghindar Dari Masalah
Karena terlalu sering menghadapi masalah di rumah, anak broken home lebih memilih untuk menghindar.
Selain keluar rumah, mereka biasanya akan melakukan suatu hal yang membuat mereka melupakan keadaan rumah yang toxic.
Perasaan ini sepertinya hampir dimiliki oleh semua anak broken home.
Anak akan memilih untuk melakukan hal lain dibandingkan mendengarkan pertengkaran orang tua mereka.
5. Lebih Menghargai Pernikahan
Moms tidak selamanya anak broken home memiliki dampak yang buruk untuk mentalnya.
Ada beberapa anak yang mengetahui orang tuanya akan berpisah, dan hal tersebut menjadikan sang anak tumbuh dengan pemikiran yang berbeda.
Anak akan lebih menjaga dan lebih menjaga pasangan dan hubungan yang mereka jalin.
Hal ini terjadi karena sang anak tidak ingin, apa yang dirasakannya terjadi kepada orang yang dia kasihi.
Anak broken home juga biasanya lebih menghargai perasaan orang yang menyayangi mereka.
ShopTokopedia dan Tasya Farasya Luncurkan Kampanye ‘Semua Jadi Syantik’, Rayakan Kecantikan yang Inklusif
Source | : | Nakita.ID |
Penulis | : | Debora Julianti |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR