Nakita.id - Para Moms wajib tahu, begini cara mengatasi penyakit jantung bawaan kritis pada bayi agar tidak telat ditangani.
Angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi hingga sampai saat ini.
Bahkan sebagian besarnya meninggal, usai dilahirkan beberapa jam atau beberapa hari ke dunia.
Salah satu penyebab bayi meninggal setelah dilahirkan adalah karena adanya kelainan kongenital.
Kelainan kongential yang paling banyak dialami bayi di Indonesia adalah penyakit jantung bawaan kritis.
Biasanya, gejala utama penyakit jantung bawaan adalah bibir bayi yang membiru, dan adanya sesak napas.
Namun, perlu diingat, gejala penyakit jantung bawaan kritis tidak selalu langsung nampak saat bayi baru lahir ke dunia.
"Masalahnya, gejalanya seringkali tidak ditemukan saat bayi baru lahir," tutur Dr. Dr. Risma Kerina Kaban, Sp.A(K), selaku Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Neonatalogi IDAI, dalam acara Seminar Media yang diadakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia yang diadakan secara virtual dengan tema 'Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi Baru Lahir: Cek Saturasi, Selamatkan Nyawa', Senin (13/12/2021).
Bahkan Dr. Risma menjelaskan, USG sendiri tidak bisa 100% mendeteksi penyakit jantungan bawaan pada bayi baru lahir.
Penyakit jantung bawaan kritis sendiri merupakan salah satu jenis penyakit jantung bawaan yang bisa membahayakan nyawa bayi apabila tidak segera ditangani.
"Penyakit jantung bawaan kritis adalah jenis penyakit jantung bawaan yang mengancam nyawa, apabila tidak segera ditangani maka bayi dapat meninggal dunia dalam beberapa hari atau bulan setelah lahir," ungkap Dr. Rizky Adriansyah, M.Ked, Sp.A(K), selaku Ketua Unit Koordinasi (UKK) Kardiologi IDAI.
Dr. Rizky juga menjelaskan, bahwa 1 dari 100 bayi lahir pasti mengalami penyakit jantung bawaan.
Ada beberapa hal yang membuat bayi yang mengalami penyakit jantung bawaan kritis tidak dapat diselamatkan.
Seperti, terlambat terdeteksi, terlambat didiagnosis, terlambat dirujuk, dan terlambat ditangani.
Maka, dari itu penting sekali kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dengan masayarakat agar lebih aware dengan penyakit jantung bawaan pada anak agar lebih mudah ditangani.
"Kolaborasi bersama agar lebih mudah terdeteksi, didiagnosis, dirujuk, dan ditangani," sambung Dr. Rizky.
Karena, apabila terlambat terdeteksi maka kemungkinan bayi selamat pun sangat sedikit.
Sedangkan apabila terlambat terdiagnosis maka pengobatan yang dilakukan menjadi tidak optimal.
Apalagi, jika terlambat ditangani maka dikhawatirkan bayi berpotensi mengalami komplikasi yang lebih parah sehingga penanganannya menjadi semakin rumit.
Untuk mengatasi penyakit jantung bawaan agar tidak terlambat terdiagnosis maka penting sekali untuk melakukan skrinning dini.
UKK Kardiologi IDAI tahun 2021 merekomendasikan agar dilakukan pemeriksaan saturasi oksigen dengan alat pulse oksimeter pada bayi sehat usia 24 - 48 jam sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
Pemeriksaan saturasi oksigen dengan alat pulse oksimeter dapat dilakukan oleh dokter, bidan, atau perawat terlatih di seluruh fasilitas kesehatan.
Kemudian, nantinya dokter atau bidan wajib melakukan pencatatan hasil skrinning penyakit jantung bawaan kritis yang sudah dilakukan.
Baca Juga: Cegah Kelainan Jantung Bawaan pada Bayi, Ibu Hamil Harus Rutin Konsumsi Makanan Ini
Apabila saturasi bayi mencapai kurang dari 90% maka berpotensi bayi mengalami penyakit jantung bawaan kritis.
Namun, apabila saturasinya lebih dari 95% maka hasilnya negatif dan bayi tidak mengalami penyakit jantung bawaan kritis.
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR