Nakita.id - Moms, masih ada aksi kejahatan di sekitar kita yang bisa mengancam keselamatan Si Kecil.
Terlebih, kasus penculikan anak yang saat ini masih rawan terjadi.
Moms harus ingat, bahwa tak semua orang itu aman untuk Si Kecil.
Oleh karenanya, penting untuk menanamkan edukasi tentang hal ini pada anak, khususnya anak usia prasekolah.
Pasalnya, usia prasekolah merupakan waktu dimana anak paling banyak mengalami perkembangan dalam segala faktor.
Bagaimana cara mengajarkan anak untuk melindungi dirinya sendiri?
Yuk, kita simak penjelasan dari ahli berikut!
Menurut Ratih Zulhaqqi, M.Psi, psikolog anak, korban penculikan anak sekolah ini ada kaitannya dengan bagaimana orangtua memberikan edukasi seks dan relasi.
"Jadi ini bagian relasi ya, dimana dia paham mana orang yang aman untuk dia, mana orang yang masuk dalam circle base (sirkel)-nya dia," ungkap Ratih dalam wawancara eksklusif dengan NakitaID pada Minggu lalu (12/12/2021).
Bagaimana cara orangtua mengenalkan ini pada anak?
Ratih menyampaikan bahwa orangtua perlu mengenalkan yang namanya stranger atau orang asing pada anak.
"Ada yang namanya orang yang kita kenal, tapi kita tidak cukup aman. Ada orang yang benar-benar aman dan kita kenal, seperti itu," jelasnya.
"Jadi, sebisa mungkin, orangtua memang perlu mengenalkan tentang macam-macam bentuk relasi. Dan, bagaimana cara dia mengenali apa yang proper (sesuai) dan apa yang enggak proper. Apa yang appropriate (pantas) dan apa yang enggak appropriate," lanjutnya.
Untuk perilaku yang pantas, Ratih mencontohkan, "Oh, kalau ketemu orang, dia menyapa".
Akan tetapi setelah menyapa, menurut Ratih, mungkin anak perlu membatasi diri.
Baca Juga: Speech Delay pada Anak Usia Prasekolah, Ahli Sudah Beritahu Faktor Penyebab dan Cara Mengatasinya
Kemudian, orangtua juga perlu mengajarkan anak bagaimana bisa membentuk defense mechanism (mekanisme pertahanan diri).
"Nah, mekanisme pertahanan diri saat situasi yang tidak nyaman itu terjadi. Karena, kebanyakan kan kalau buat penculikan itu bukan lagi diiming-imingi ya. Tapi lebih kepada misalnya tiba-tiba diangkut, atau melihat anak sendirian, tiba-tiba dibawa," jelas Ratih.
"Jadi, anak mungkin bisa berteriak atau melakukan pembelaan diri," ujarnya.
Terakhir, yang tak kalah penting, orangtua tetap harus melakukan pemantauan dan pengawasan.
"Jangan kita (orangtua) justru memberikan contoh pada anak kita bahwa semua orang itu aman. Pemahaman ini yang pasti akan dipahami oleh anak bahwa, 'Oh, mama ngobrol kok sama orang asing. Jadi berarti orang asing itu aman'," tegas Ratih.
"Kita harus memberikan pemahaman kepada anak bahwa enggak semua orang asing itu bisa kita ajak untuk akrab," tutupnya.
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR