“Pandemi Covid-19 telah mengubah cara kerja banyak orang secara signifikan,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.
"Teleworking telah menjadi norma di banyak industri, sering mengaburkan batas antara rumah dan pekerjaan. Selain itu, banyak bisnis terpaksa mengurangi atau menutup operasi untuk menghemat uang, dan orang-orang yang masih digaji akhirnya bekerja lebih lama," imbuhnya.
Dr Maria Neria selaku Direktur, Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan, di WHO mengingatkan bahaya bekerja dengan waktu yang berlebihan.
Baca Juga: Selain Gagal Jantung, Terungkap Penyebab Lain yang Membuat Hanna Kirana Meninggal Dunia di Usia Muda
“Bekerja 55 jam atau lebih per minggu adalah bahaya kesehatan yang serius,” ujar Dr Maria Neira.
“Sudah saatnya kita semua, pemerintah, pengusaha, dan karyawan sadar akan fakta bahwa jam kerja yang panjang dapat menyebabkan kematian dini," imbuhnya.
Itulah dia Moms penjelasan mengenai keterkaitan jam kerja panjang dengan penyakit gagal jantung dan stroke.
Bobo Fun Fair dan Jelajah Kuliner Bintang Jadi Ajang Nostalgia di Uptown Mall BSBCity Semarang
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR